Teologi Politik Stanley Hauerwas: Gereja sebagai Politik Alternatif - Nerapost
(Sumber gambar: www.pbs.org)
Stanley Hauerwas adalah salah satu teolog dan filsuf moral paling
berpengaruh di Amerika Serikat. Ia dikenal karena menggabungkan etika Kristen,
narasi biblika, dan teologi politik dalam cara yang radikal dan
kontra-kultural. Hauerwas tidak sekadar menawarkan teori politik Kristen,
melainkan menegaskan bahwa gereja itu sendiri adalah bentuk politik sebuah
komunitas yang hidup secara berbeda dari dunia.
1. Gereja sebagai
Komunitas Naratif
Bagi Hauerwas, identitas Kristen dibentuk oleh narasi Injil, bukan oleh
nilai-nilai umum masyarakat modern seperti kebebasan individu, demokrasi, atau
nasionalisme. Gereja adalah komunitas yang dibentuk oleh kisah kehidupan,
kematian, dan kebangkitan Kristus. “Gereja bukan sekadar memiliki politik.
Gereja adalah politik.” Artinya, gereja harus hidup sebagai komunitas yang
menunjukkan cara hidup alternatif bukan hanya memberi komentar terhadap politik
negara, tapi menjadi tanda nyata dari Kerajaan Allah di dunia yang rusak.
2. Kritik terhadap
Liberalisme dan Negara Modern
Hauerwas sangat kritis terhadap liberalisme politik khususnya gagasan
bahwa masyarakat bisa dibangun di atas otonomi individu dan netralitas moral.
Menurutnya, negara modern membentuk warganya menjadi orang-orang yang tidak
sanggup lagi membedakan antara yang benar dan salah secara teologis, karena
nilai-nilainya terlepas dari kisah Injil. Negara modern, bagi Hauerwas,
membentuk warga menjadi “makhluk moral yang tidak memerlukan Tuhan” dan gereja
harus menolak bentuk pendidikan politik seperti itu.
3. Non-kekerasan
sebagai Tanda Politik Kristen
Salah satu ciri khas teologi Hauerwas adalah komitmennya terhadap pasifisme
Kristen. Ia percaya bahwa kekerasan tidak pernah bisa dibenarkan dalam terang
salib Kristus. Umat Kristen dipanggil untuk hidup tanpa kekerasan, karena Yesus
sendiri menolak kekerasan sebagai jalan keselamatan. “Gereja tidak dipanggil
untuk membuat dunia menjadi lebih baik, tetapi untuk menjadi dunia yang
berbeda.” Dalam hal ini, penolakan terhadap kekerasan bukan strategi politik,
melainkan kesetiaan teologis terhadap teladan Kristus.
4. Politik Kesetiaan,
Bukan Efektivitas
Berbeda dari banyak pendekatan politik yang mengukur keberhasilan dari
hasil dan pengaruh, Hauerwas menekankan kesetiaan faithfulness. Gereja tidak
dipanggil untuk “menang” secara politik, tetapi untuk setia kepada jalan
Kristus, bahkan jika itu tampak tidak efektif secara duniawi. Ini berarti bahwa
gereja harus menolak kompromi demi kekuasaan atau pengaruh. Kesetiaan lebih
penting daripada efektivitas.
5. Pendidikan dan
Pembentukan Komunitas
Hauerwas juga menekankan pentingnya pembentukan moral dalam komunitas
Kristen. Etika Kristen bukan soal pilihan individu, tetapi hasil dari proses pembelajaran,
disiplin, dan imitasi di dalam komunitas yang hidup menurut ritme Injil doa,
pengakuan dosa, pengampunan, perjamuan, dan kesaksian. Dengan kata lain,
politik Kristen bukan dimulai dari pemilu, tapi dari liturgi dan kehidupan
jemaat sehari-hari.
Teologi Politik
Hauerwas Kehidupan sebagai Kesaksian
Stanley Hauerwas mengajak kita melihat politik bukan sebagai perebutan kekuasaan, tetapi sebagai bentuk kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Gereja tidak dipanggil untuk menguasai dunia, tetapi untuk menjadi komunitas yang hidup setia kepada Kristus sebuah kesaksian yang diam tetapi radikal, lemah tetapi penuh harapan.
Post a Comment for "Teologi Politik Stanley Hauerwas: Gereja sebagai Politik Alternatif - Nerapost"