Sidang Skripsi dan Buket Bunga dari Gadis PNM – Cerpen Aventus Purnama Dep
(Sumber gambar: lazada.co.id
Aku
adalah mahasiswa semester delapan yang pada saat ini sedang menyusun tulisan
akhir, yaitu skripsi. Mahasiswa semester akhir disebut mahasiswa teladan dan
super sibuk karena setiap harinya selalu membaca buku, mencari artikel ilmiah,
ataupun referensi-referensi pendukung untuk penyelesaian tugas tersebut.
Di
kampus, biasanya mahasiswa semester akhir yang sering duduk di sudut lobi
ataupun berkunjung ke perpustakaan sembari membaca artikel serta menunggu dosen
pembimbing. Mahasiswa semester akhir menghabiskan waktu di kampus dari pagi
sampai sore, ditambah setelah di rumah tetap melanjutkan pekerjaan.
Siapa
yang tidak mau lulus tepat waktu? Ya, pasti semua berharap keinginannya
tercapai, apalagi orang tua selalu mendesak dengan berbagai pertanyaan, salah
satunya, "Nak, kapan selesai skripsinya?" Hal inilah yang membuat
kita tak kenal lelah untuk berjuang agar lekas menyelesaikan tugas akhir hingga
membanggakan kedua orang tua dengan toga yang kita kenakan beserta gelar
akademik. Hal ini mungkin dialami semua mahasiswa semester akhir termasuk aku.
(Baca juga: 8 Panduan Lengkap Membuat SEO Blog yang Efektif untuk Pemula - Nerapost)
Perjuangan
ini tentunya menyita waktu, tenaga, dan pikiran. Terkadang juga terbersit rasa
ingin menyerah hingga menguras air mata karena tertekan.
Rasa
pahit dan manis itu pun kerap dikecap mahasiswa semester akhir. Tak jarang ada
teguran secara langsung dari sang dosen tentang skripsi yang kita buat
mengharuskan kita untuk merevisinya. Bahkan, ada beberapa kasus mahasiswa harus
merevisi tugas akhir sampai berkali-kali. Namun, semua itu demi masa depan sang
mahasiswa, bukan? Kebahagiaan pun akan menghampiri pada waktunya skripsi
disetujui, lalu berlanjut dengan sidang.
Di
balik perjuangan itu semua, gadis kemeja putih berlogo PNM juga tidak pernah
pudar dalam ingatan karena skripsi dan dirinya sama-sama ingin aku perjuangkan
walaupun melewati rintangan yang begitu berat. Bahkan, di kata pengantar
skripsi, setelah ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing, dosen penguji,
dan orang tua, aku menyematkan namanya di sana sebagai ucapan terima kasih
karena sudah membantu banyak hal dalam proses penyelesaian tulisanku.
(Baca juga: Mengenal Filsafat Emmanuel Levinas - Nerapost)
Gadis
kemeja putih berlogo PNM yang kerap disapa Erta itu, berhasil membuatku bahagia
pada detik ini karena dia sudah menjadi penyemangatku dalam menyelesaikan tugas
akhir dari kampus. Skripsiku dan pekerjaannya di PNM Mekaar bukan menjadi
penghalang bagi kami untuk memberi kabar. Selama proses penyelesaian tulisanku,
dia selalu memberi kabar setiap hari tentang keberadaanku.
"Kaka Arbi, apa kabar?"
"Kabar
baik, Sayang. Kalau kamu apa kabar?"
"Puji
Tuhan, Kaka Arbi, kabar baik. Kaka Arbi, jangan lupa beristirahat ya. Tulisanya
tetap selesai dong".
"Baik
Erta, selamat beristirahat, ya"
Sepertinya
Erta selalu mencemaskan aku. Mungkin dia khawatir, aku menyerah dengan keadaan.
Ehem, dalam hatiku bergumam, ini pekerjaan kecil bagiku, ketimbang melewati
perjuangan selama 7semester.
Hari
yang kutunggu pun tiba. Skripsiku sudah disetujui oleh dosen pembimbing.
Saatnya, aku mempersiapkan diri untuk menghadapi sidang skripsi. Tidak lupa,
membagi kabar baik ini pada gadis kemeja putih berlogo PNM yang super cantik
itu.
(Baca juga: Konsep Utama dalam Aliran Filsafat Idealisme - Nerapost)
"Hallo,
Sayang'".
"Hallo
juga, ayang".
"Sayang,
skripsiku sudah disetujui, lusa saya sidang".
"Hae,
Kaka Arbi serius?"
"Betul
em, untuk apa bohong dengan pacar sendiri. Bapa dan Mama saja saya sudah kasih
tahu".
"Keren
sekali, Kaka Arbi. Terima kasih, Tuhan. Kaka Arbi, saya akan bawa bunga nanti
dan saya yang pertama mengenakan selempang di pundaknya Kaka Arbi pas setelah
ujian".
Pagi
yang cerah, secerah hati ini. Kicau burung yang bersahutan seolah ikut
menyampaikan selamat atas keberhasilanku meraih gelar sarjana.
Langkahku
mantap bersama keluarga dan gadis pujaanku itu menuju kampus, tempat aku
wisuda.
(Baca juga: Pokok Pemikiran Utama dalam Filsafat Empirisme - Nerapost)
Seperti
janjinya yang pernah dia janjikan malam itu, Erta melingkarkan selempang itu ke
tubuhku, tidak lupa satu buket bunga indah terulur dari tangannya.
Sebagaimana
mahasiswa lain, aku sekeluarga melakukan pemotretan dari mulai awal acara
hingga akhir. Tidak lupa, aku mengenalkan Erta pada keluarga besar. Mereka pun
antusias menyambut rencanaku melamar Erta.
Mntap Abang
ReplyDeleteIyo, sama2.
Delete