Pokok Pemikiran Utama dalam Filsafat Empirisme - Nerapost
(Sumber gambar: ohbegitu.com)
Filsafat
empirisme adalah
aliran filsafat yang menekankan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman
inderawi. Dalam pandangan ini, pengalaman baik yang bersifat
langsung melalui panca indera maupun yang bersifat reflektif adalah sumber
utama dan dasar dari pengetahuan manusia. Empirisme menolak gagasan bahwa
pengetahuan bisa diperoleh hanya dengan menggunakan rasio atau logika tanpa
melibatkan pengalaman dunia nyata. Oleh karena itu, menurut empirisme, untuk
mengetahui atau memahami dunia, kita harus mengandalkan apa yang kita lihat,
dengar, cium, sentuh, dan rasakan.
Berikut
adalah beberapa pokok pemikiran utama dalam filsafat empirisme:
1. Pengalaman sebagai Sumber Pengetahuan
Empirisme
berpendapat bahwa pengetahuan tidak ada dalam bentuk bawaan atau diturunkan
melalui ide-ide yang sudah ada sejak lahir, melainkan diperoleh melalui pengalaman
inderawi. Pengetahuan yang kita miliki tentang dunia datang dari apa yang
kita alami, rasakan, atau amati melalui panca indera kita. Misalnya, kita
mengetahui bahwa api itu panas karena kita merasakannya langsung melalui indera
peraba kita.
2. Tabula Rasa
Konsep
ini, yang terkenal dari filsuf empiris John Locke, menyatakan bahwa
pikiran manusia pada saat lahir adalah seperti "lembaran kosong"
(tabula rasa) yang tidak memiliki ide-ide atau pengetahuan sama sekali.
Semua pengetahuan dan ide yang kita miliki berkembang seiring pengalaman dan
interaksi kita dengan dunia. Locke menekankan bahwa kita mendapatkan
pengetahuan kita melalui dua jenis pengalaman:
- Pengalaman langsung (pengalaman sensorik yang
diterima melalui indera).
- Refleksi (pengalaman internal yang
terjadi ketika kita berpikir tentang apa yang kita alami).
3. Kritik terhadap Rasionalisme
Empirisme
sering diposisikan sebagai lawan dari rasionalisme, yang berpendapat
bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui akal budi dan deduksi logis, tanpa
harus bergantung pada pengalaman inderawi. Filsuf rasionalis, seperti René
Descartes, berpendapat bahwa beberapa pengetahuan adalah bawaan dan dapat
dicapai melalui pemikiran murni. Sebaliknya, empiris menekankan bahwa
pengetahuan sejati hanya bisa datang melalui observasi dan eksperimen,
serta bahwa pengetahuan tanpa bukti inderawi tidak sah.
4. Filsuf Empiris Utama:
a. John Locke (1632–1704)
John Locke
adalah salah satu filsuf empiris yang paling berpengaruh. Dalam karyanya An
Essay Concerning Human Understanding, Locke mengemukakan ide bahwa manusia
tidak dilahirkan dengan ide-ide yang sudah ada, melainkan hanya dengan
kemampuan untuk merasakan dan mengalami dunia. Dengan pengalaman, baik
pengalaman inderawi maupun reflektif, kita membentuk pengetahuan dan ide-ide
kita. Locke membagi pengalaman menjadi sensasi (yang berasal dari dunia
luar) dan refleksi (pengalaman mental kita terhadap sensasi tersebut).
b. George Berkeley (1685–1753)
Berkeley
mengembangkan ide empirisme lebih lanjut dengan mengemukakan bahwa keberadaan
suatu benda bergantung pada persepsi. Ia mengajukan pandangan idealis yang
terkenal: "Esse est percipi" ("Ada adalah untuk
dipersepsikan"). Menurut Berkeley, benda-benda di dunia ini tidak ada
terlepas dari persepsi kita tentang mereka. Jika kita tidak melihat atau
merasakannya, maka benda tersebut tidak ada. Ini menjadikannya pandangan yang
lebih radikal dalam empirisme karena ia mengaitkan eksistensi langsung dengan
persepsi inderawi.
c. David Hume (1711–1776)
David Hume
adalah seorang filsuf empiris yang berfokus pada masalah bagaimana kita
memperoleh pengetahuan tentang sebab-akibat dan pengalaman kita. Hume
berargumen bahwa kita tidak dapat mengetahui hubungan sebab-akibat melalui
alasan logis atau deduksi murni, melainkan melalui pengalaman yang
berulang. Misalnya, kita tidak bisa membuktikan secara rasional bahwa api akan
selalu menyebabkan benda terbakar, tetapi kita tahu itu karena kita telah
melihat kejadian itu berulang kali. Hume juga mengemukakan bahwa pengetahuan
kita tentang dunia terbatas pada pengalaman kita, dan bahwa ada hal-hal yang
tidak bisa kita ketahui secara pasti, seperti esensi atau sifat sejati dari
benda-benda.
5. Keterbatasan Pengetahuan Manusia
Bagi
filsuf empiris seperti Hume, pengetahuan kita tidaklah absolut atau
sempurna. Pengetahuan kita hanya terbatas pada apa yang kita bisa indra dan
rasakan. Hume bahkan mengklaim bahwa kita tidak bisa benar-benar membuktikan
hubungan sebab-akibat, karena semua yang kita ketahui tentang sebab-akibat
berasal dari pengalaman kita yang terbatas, yang mungkin tidak selalu
mencerminkan hubungan yang sejati di dunia.
6. Pengaruh Empirisme pada Ilmu Pengetahuan
Empirisme
memainkan peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern. Aliran
empiris mendorong pengembangan metode ilmiah, yang didasarkan pada
pengamatan, eksperimen, dan pengumpulan data melalui panca indera. Filsuf
empiris percaya bahwa pengetahuan yang sah adalah yang didapatkan melalui cara
yang bisa diverifikasi dan diuji, yaitu melalui pengalaman langsung atau
eksperimen.
7. Metode Ilmiah dan Verifikasi
Dalam
filsafat empirisme, verifikasi melalui pengalaman atau eksperimen adalah kunci
untuk memvalidasi pengetahuan. Ini sangat berpengaruh pada cara kita memahami
sains dan dunia. Misalnya, teori ilmiah diuji dan dikonfirmasi melalui
pengamatan dan eksperimen yang dapat diulang dan diverifikasi oleh orang lain.
Oleh karena itu, empirisme sering dianggap sebagai dasar dari pendekatan
ilmiah dalam berbagai bidang ilmu.
Filsafat empirisme menekankan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman—baik itu pengalaman inderawi maupun refleksi mental terhadap pengalaman tersebut. Pemikiran ini berlawanan dengan rasionalisme yang menganggap pengetahuan dapat diperoleh melalui akal budi tanpa pengalaman. Pemikir empiris utama seperti John Locke, George Berkeley, dan David Hume mengajukan bahwa pengetahuan kita tentang dunia bersifat terbatas dan bergantung pada apa yang kita alami. Empirisme juga berpengaruh besar terhadap metode ilmiah dan pendekatan berbasis eksperimen yang kita gunakan untuk memahami alam semesta.
Post a Comment for "Pokok Pemikiran Utama dalam Filsafat Empirisme - Nerapost"