Kita Terus Mencari: Terbuka Diperkaya? - Nerapost
(Dokpri Melki Deni, SVD)
Oleh: Fr. Melki Deni, SVD
Renungan Tahun Baru 2023
Bacaan Pertama: Bilangan, 6: 22-27
Bacaan Kedua: Galatia, 4:4-7
Bacaan Injil: Lukas, 2: 16:21
Renungan:
Bapak/ibu, saudara/saudari yang
terkasih dalam Yesus Kristus.
Kita baru saja merayakan pesta kelahiran Yesus Kristus. Kita
telah menyiapkan banyak hal menyambut pesta Natal. Tidak hanya materi, kita
juga telah menyiapkan hati dan pikiran kita menyongsong kelahiran Yesus
Kristus. Dan tema Natal 2022
ini ialah “… pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain (Matius, 2:12). Setelah
menemukan Yesus dilahirkan di kendang hewan di Betlehem, tanah Yudea, dan
mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur, orang-orang Majus dari Timur itu
pulang ke negerinya melalui jalan lain. Apakah yang dimaksudkan dengan
“pulanglah mereka melalui jalan lain” di sini?
“Pulanglah mereka melalui jalan lain” mesti dimaknai
sebagai jalan keluar dari setiap tantangan, kesulitan, persoalan, dan masalah
hidup. Para Majus dari Timur tahu bahwa kalau mereka pulang melalui jalan yang
mereka lalui sebelum bertemu Yesus, mereka akan menghadapi raja Herodes, yang
kejam dan keji itu. Para Majus dari Timur tidak mau terjebak dalam permainan
politik kekuasaan raja Herodes. Mereka mencari jalan keluar dari tantangan itu
dengan mencari jalan lain. Artinya, tidak ada tantangan, kesulitan, persoalan,
dan masalah hidup yang tidak ada jalan keluarnya.
Kalau kita tidak menemukan jalan keluar, bukan karena
pintu jalan keluar tidak ada, melainkan kita sendiri yang enggan mencari pintu
jalan keluar itu. Pintu jalan keluar selalu terbuka, dan menunggu kita keluar
dari setiap persoalan, kesulitan, dan masalah hidup, tetapi kita cenderung
nyaman dengan keadaan dan menyalahkan orang lain; seolah-olah orang lain yang menyebabkan
kita terpuruk dalam banyak perkara, persoalan, masalah, dan tantangan
hidup. Kita akan temukan pintu jalan
keluar itu, kalau kita melibatkan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan akan membuka
hati dan pikiran kita, supaya kita dapat menemukan pintu jalan keluar, dan
dengan itu kita bebas dari belenggu persoalan, masalah, tantangan, dan
kesulitan hidup.
Kalau kita sudah menemukan jalan keluar dari persoalan,
masalah, kesulitan, dan tantangan hidup, kita berhasil merayakan kelahiran
kembali atas diri kita. Kita sudah bangkit dari keterpurukan, kesulitan, dan
persoalan hidup menuju kebebasan, kemerdekaan, dan kebahagiaan. Kita merayakan
peristiwa Natal atas hidup kita sendiri.
Bapak/ibu, saudara/saudari yang
terkasih dalam Yesus Kristus.
Setelah kita merayakan peristiwa sukacita Natal, kita
mesti bertanya ke dalam hati kita masing-masing: Apakah saya sudah merayakan
kelahiran kembali atas hidup saya? Apakah saya berkomitmen mencari pintu jalan
keluar dari setiap persoalan, masalah, kesulitan, dan tantangan hidup, dengan
melibatkan Tuhan dalam hidup saya? Apakah saya masih menuduh orang lain sebagai
penyebab atas setiap persoalan, masalah, kesulitan, dan tantangan hidup saya?
Apakah saya mau diselamatkan dan mendapatkan pengetahuan akan jalan, kebenaran,
dan hidup dalam diri Yesus Kristus?
ALLAH menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan
memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1 Timotius. 2:4). Ketika kita melangkah
maju untuk mencari jalan, kebahagiaan, kebenaran, kemerdekaan, dan keselamatan,
Yesus justru tidak mau tunggu di Kerajaan Surga. Allah telah mengutus putra-Nya
yang tunggal, Yesus Kristus untuk memaklumkan Kabar gembira tentang datang-Nya
Kerajaan Allah dan menghimpun semua orang untuk bertobat dan percaya (Markus
1:15) kepada Yesus, sang kebenaran itu.
(Baca
juga: La Korrida de Toros: Pertarungan Memecahkan Kemustahilan - Nerapost)
Bapak/ibu, saudara/saudari yang
terkasih dalam Yesus Kristus.
Yesus sudah hadir di tengah-tengah kita, di dalam
keluarga kita, dan bahkan di dalam hati kita. Kita ingat kembali perkataan
Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu
adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari
Allah, ‒ dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan
harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1
Korintus, 6:19-20).
Jauh sebelum Rasul Paulus, seperti yang tertulis dalam
Bacaan Pertama hari ini, Tuhan berfirman kepada Musa: “Tuhan memberkati engkau
dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan Wajah-Nya dan memberi
engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau
damai sejahtera” (Bilangan, 6:24-26). Di dalam kasih Allah, kita tidak
kekurangan apa pun. Kita akan mendapatkan banyak berkat dari Allah, kalau kita
menaruh kepercayaan dan iman kepada-Nya. Kalau kita menaruh kepercayaan kepada
Allah dan meletakkan nama-Nya atas hidup kita, Allah akan memberkati kita
dengan berkat yang berlimpah (Bilangan, 6:27).
Bapak/ibu, saudara/saudari yang
terkasih dalam Yesus Kristus.
Pada Bacaan kedua (Galatia, 4:4-7), Rasul Paulus
menegaskan kembali sejarah kelahiran Yesus ke dunia. Paulus mewartakan bahwa
kelahiran Yesus ke Dunia bertujuan untuk menebus seluruh kita semua, supaya
kita diterima sebagai anak oleh Allah dalam Persekutuan Allah Tritunggal
Mahakudus; kekuasaan Allah Bapa, kebijaksanaan Allah Putra, dan cinta kasih
Allah Roh Kudus. Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang
berseru: “Abba, ya Bapa!”, bukan “setan, ya setan!”, atau “hantu, ya hantu!” Ketika
kita menerima kehadiran Allah di dalam hati kita, kita bukan lagi hamba atau
budak, melainkan kita adalah anak Allah yang berhak mendapatkan
ahliwaris-ahliwaris dari Allah, dan memiliki masa depan.
Akan tetapi kalau kita tidak membuka pintu hati agar
Yesus bisa masuk ke dalam hati, ke dalam hidup kita maka kita tidak berhak
mendapatkan ahliwaris-ahliwaris dari Allah, dan dengan demikian kita tidak
memiliki masa depan. Kita hanya memiliki masa lalu yang membuat kita selalu
menyalahkan, mengutuk, menghina, mencaci maki, dan menghakimi orang lain. Ketika
kita tidak membuka pintu hati kepada Yesus, Allah pun enggan memberikan berkat,
rahmat, dan karunia yang kita butuhkan dari Allah.
Terhadap karunia Allah ini, kita perlu ingat nas Kitab
Suci ini: “Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga
ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada
padanya akan diambil dari padanya” (Matius 25:29).
(Baca juga: Menjadi Garam dan Terang bagi Sesama - Nerapost)
Bapak/ibu, saudara/saudari yang
terkasih dalam Yesus Kristus.
Namun demikian, kita tidak buru-buru pesimis atau
menyerah dengan keadaan sulit dalam hidup kita. Bacaan Injil hari ini (Lukas,
2:16:21) membangkitakan kembali semangat kita dan memperbarui spirit kita. Kita
perlu belajar dari Maria, ibu Yesus, ibu Perjanjian Baru, dan ibu kita semua. Tidak
sedikit buku melukiskan tentang peran penting Bunda Maria dalam peristiwa
keselamatan umat manusia.
Setelah
melihat Yesus terbaring di palungan, para gembala mengatakan apa yang telah
dikatakan kepada mereka tentang Yesus. Semua orang yang mendengarkan perkataan para gembala itu menjadi heran.
Tetapi “Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hari dan merenungkannya”
(Lukas 2:19). Ketika kembali, para gembala tidak bisa tertahan lagi untuk
“memuji dan memuliakan Allah sebab segala sesuatu yang mereka dengan dan mereka
lihat; semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka” (Lukas
2:20).
Yang perlu kita pelajari dari Bunda Maria ialah ia tidak
langsung ambil tindakan terhadap semua yang dikatakan para gembala. Bunda Maria
tidak mau menghindari dari rangkaian peristiwa penyelamatan dari Allah sejak ia
mengandung Yesus sampai dengan kedatangan-Nya kembali pada hari ketiga. Bunda
Maria mendengarkan semua ramalan tentan Yesus. Bunda Maria menyaksikan dengan
mata telanjang misteri Allah menjadi manusia dan ada bersama umat-Nya. Bunda
Maria mendengarkaan dan menyaksikan secara langsung segala apa yang dikatakan,
dilakukan dan diperjuangkan Yesus sejak kecil sampai kebangkitan-Nya. Terhadap
semua perkara itu, Bunda Mari menyimpannya di dalam hati. Menyimpan perkara di
dalam hati tidak berarti perkara-perkara itu diolah menjadi sumber dendam,
benci, dengki, dan murka bagi yang lain.
Ketika menghadapi perkara-perkara itu, Bunda Maria tidak
mau menanggung sendiri bebannya, malah ia selalu membakikan diri kepada Allah,
dan kepada Yesus Kristus. Bunda Maria merenungkan semua perkara itu dalam doa
dan kebaktian kepada Allah. Aspek “merenungkan” perkara-perkara ini sangat
penting untuk kita pelajari dari Bunda Maria. Dengan “merenungkan”, Bunda Maria
sangat yakin bahwa belas kasih Allah akan menguatkan, membebaskan, dan
meringankan beban perkara, persoalan, kesulitan dan tantangan hidup. Bunda
Maria sangat yakin bahwa setiap persoalan, perkara, kesulitan, masalah, dan
tantangan hidup selalu ada jalan keluar. Pintu jalan keluar akan ditemukan dan
dibukakan, ketika Bunda Maria meletakkan Allah dalam hatinya.
Bapak/ibu, saudara/saudari yang
terkasih dalam Yesus Kristus.
Kita memasuki Tahun Baru 2023. Kita baru saja melepaskan
tahun lama dengan pelbagai suka dan duka, pahit dan manis, pertemuan dan
perpisahan, cinta dan kehilangan, dan banyak hal lainnya. Kita tentu saja lebih
banyak menerima daripada memberi. Kita lebih banyak dicintai daripadi
mencintai. Kita lebih banyak diakui daripada mengakui. Dengan nada syukur dan
terima kasih, kita berdoa kepada Allah dan semua orang yang berperan penting
dalam hidup kita.
Namun kita perlu bertanya: Apa yang baru pada tahun 2023
ini? Apakah kita hanya mengulangi kembali rutinitas, kegiatan, pekerjaan, dan
pikiran kita pada tahun-tahun sebelumnya? Kalau kita hanya mengulangi pikiran
negatif, pesimis, dan kurang percaya kepada Tuhan, berarti tidak ada yang baru
pada tahun 2023 ini. Yang baru hanyalah peralihan angka 3 dari 2.
Ketika kita terus mencari jalan, kebenaran, dan hidup,
kita justru dihadapkan dengan banyak cobaan, dan tantangan. Namun demikian kita
perlu belajar dari Bunda Maria, para Majus dari Timur, Musa, Para Gembala,
Rasul Paulus, orang-orang di sekitar, dan dari diri kita sendiri.
Kalau kita terus mencari kebaikan, kebenaran, kesehatan,
kekuatan, pengakuan, kemerdekaan, kebebasan, cinta kasih, dan solidaritas, kita
pun harus terbuka untuk diperkaya oleh Allah Tritunggal Mahakudus, Kitab Suci,
Ajaran Sosial Gereja, Para Kudus, Para santo/santa, orang-orang saleh, dan
semua orang yang tekun memberikan yang terbaik dan berguna bagi kehidupan kita.
Keterbukaan hati untuk diperkaya adalah keutamaan dan
kebijaksanaan.
Keterbukaan hati untuk diperkaya adalah jalan menuju kesalehan,
kekayaan, dan kekudusan.
!SELAMAT NATAL DAN
TAHUN BARU 2023!
Musim Dingin, Sabtu,
31 Desember 2022
Corazon de Maria
19‒Madrid.
Post a Comment for "Kita Terus Mencari: Terbuka Diperkaya? - Nerapost"