Magang di Media Indonesia dan Metro TV; Tantangan dan Peluang
(Foto Adriani dan Astuty di Kantor Metro TV)
Muhamad
Ali pernah mengatakan demikian “Bahkan yang terhebat dulunya adalah seorang
pemula. Jangan takut untuk mengambil langkah pertama itu." Langkah pertama
sebagai awal dari keyakinan diri untuk menaiki satu per satu anak tangga. Yang
paling penting berani untuk melangkah. Jangan pernah takut akan kegagalan sebab
kegagalan adalah salah satu jalan untuk mencapai puncak kesuksesan. Sosok Adriani
Miming dan Clara Astuti Jaya menjadi sorotan setelah mereka dipercayakan oleh
kampus UNIKA St. Paulus Ruteng untuk menjadi duta Prodi PBSI yang akan
melaksanakan program magang pada Media Indonesia dan Metro TV selama 3 bulan.
Program
ini merupakan bagian dari program MBKM (Merdeka Belajar, Kampus Merdeka) dalam rangka mempersiapkan tamatannya
untuk berkarya di bidang media jurnalistik baik cetak maupun online. Menarik
bahwa kedua gadis cantik ini sama-sama aktivis yang aktif di organisasi GMNI
cabang Manggarai. Mereka juga sering melakukan aksi perdamaian dengan turun ke
jalan, mendampingi orang-orang yang sedang dalam masalah hukum, dll. Mereka
menerima kepercayaan itu dengan senang hati. Apalagi keduanya juga aktif
menulis di berbagai media. Ini merupakan peluang bagi mereka untuk belajar
jurnalistik pada level yang berbeda. Apalagi magang di media besar merupakan
tantang baru dan membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi.
(Baca
juga: Tulus Pada yang Salah || Cerpen BD)
“Sebelumnya
saya tidak menyangka Prodi mempercayakan kami berdua untuk bermagang di Media
besar seperti ini. Ini merupakan peluang sekaligus tantang yang sangat besar bagi
kami berdua. Bukan hanya pribadi yang kami tampilkan di sana melainkan nama
kampus. Program ini sebagai jalan bagi kami berdua untuk belajar menjadi
jurnalis yang baik,” kata Astuty Jaya, sekaligus ketua BEM UNIKA St. Paulus
Ruteng saat diwawancarai oleh penulis melalui WhatsApp pada Kami (29/09/2022.
Mereka pun dihantar langsung oleh dosen pendamping sampai ke Kota
Metropolitan. Mereka disambut baik oleh Tim Redaktur Media Indonesia dan juga
Metro TV.
Menjajal pengalaman di Kota Metropolitan bukan
perkara yang mudah. Apalagi kedua sama-sama berasal dari kampung. Ini merupakan
pengalaman pertama bagi mereka melihat gedung-gedung pencakar langit, Monas, Gedung
DPR, dll. Tentunya ada sekian banyak hambatan yang mereka hadapi di saat
pertama kali menginjakkan kaki di Kota Metropolitan. Situasi kota yang sangat
berbeda dengan kota Ruteng. Semua hal diakses melalui media digital.
“Pertamanya sangat sulit, semuanya harus diakses melalui melalui media digital,
pesan Grab, makanan, dll. Yang paling menakutkan pada saat kami berkunjung ke
Mall. Kami harus naik eskalator. Ini pengalaman pertama, salah injak, siap
banting. Untung saja, hal itu tidak terjadi di antara kami berdua,” tutur Adriani
dengan nada candaan.
(Baca
juga: Kopi Tetangga || Cerpen Yohan Rudin)
Dua
minggu pertama, mereka mengamati situasi kota Jakarta dan pekerjaan yang akan
mereka lakukan. Pimred Media Indonesia menugaskan mereka untuk berjalan
mengelilingi kota Jakarta. Mereka diminta untuk menghafal semua tempat, gang-gang
dan nama jalan agar proses peliputan dapat berjalan lancar. Bak gayung
disambut, Adriani dan Astuty menerima peluang itu. Mereka mengeliingi kota
Jakarta dari pagi sampai malam menggunakan grab dan kereta api. Sesekali mereka
mengabdikan momen itu menggunakan camera HP lalu mengunggahnya di media sosial.
Banyak orang mengomentari postingan-postingan tersebut “Sukses selalu enu berdua.” Setelah mendapatkan Id Card mereka pun ditugaskan untuk
terjun ke lapangan dan didampingi oleh wartawan senior.
Pengalaman pertama bagi Adriani meliput tentang masjid tua yang menjadi bangunan cagar budaya di Jakarta Utara. Ia cukup kewalahan dengan rute perjalanan yang jauh. Apalagi ia pergi sendirian tanpa seorang pendamping. Salah satu cara dari Adriani untuk keluar dari persoalan ini, ia harus menggunakan google maps di HPnya. Perjalanan yang cukup melelahkan bagi Adriani. Setelah bertemu dan melakukan wawancara dengan narasumber Adriani harus mengejar deadline agar berita tersebut segera di publish. “Kalau orang yang gagap dalam menggunakan HP pasti ia akan mengalami kesulitan dan tersesat di kota Jakarta. Untungnya ada google maps. Ini sangat membantu saya dalam meliput berita di tempat-tempat yang belum saya ketahui. Pokoknya media digital sangat membatu dalam dunia jurnalistik,” kata Adriani.
(Baca
juga: Ibu; Aku Rindu)
Mereka
terus menulis dan menulis. Setiap berita aktual pasti mereka garap dengan
cepat. Apalagi menulis bukan perkara sulit bagi kedua gadis ini, mereka
sebelumnya sama-sama sering menulis diberbagai media online. Awalnya adalah
tantangan yang sangat menyulitkan kini menjadi peluang bagi mereka untuk
menjadi seorang jurnalis yang baik. Menjadi seorang jurnalis adalah pekerjaan
yang mulia. Mereka menjadi agen pewarta bagi masyarakat. Tentunya mewartakan
hal-hal yang aktual dan fakta. Adriani dan Astuty Jaya kini sangat betah di
kota Jakarta. Dalam unggahan story WA
Adriani, ia menulis “Aku ingin hidup 1000 tahun di tempat ini dengan pekerjaan
seperti ini (ditutup dengan emoticon love).”
Mereka menjalankan program magang dengan gembira. Meski selalu diburu oleh deadline tetapi mereka tetap enjoy. Bagi mereka deadline merupakan salah satu cara untuk melatih diri hidup
disiplin dengan waktu. Di depan laptop dan HP menjadi rutinitas mereka. Semua
informasi didapati dari WA grup. Sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan
lancar.
Keberhasilan
berawal dari tantangan, bukan dari zona nyaman. Sosok kedua gadis ini menjadi
inspirasi bagi kita semua terutama kaum muda yang sedang belajar dunia
jurnalistik. Mereka menghadapi tantangan itu dengan penuh kegembiraan dan
selalu rendah hati untuk belajar dari orang lain. Mereka berasal dari kampung
yang baru pertama kali merasakan hidup di kota besar. Ini bukan perkara yang
gampang. Apalagi berkerja sebagai jurnalistik yang mewajibkan mereka untuk
terjun langsung ke lapangan meliput berita. Bukan hanya ide atau gagasan yang
mereka pakai tetapi juga mereka harus pandai menggunakan media digital berupa
HP dan laptop sehingga proses peliputan dapat berjalan dengan lancar.
(Baca
juga: Pacar Kontrak di Tempat KKN || Cerpen BD)
Sebagai
kaum muda mereka berdua mampu memanfaatkan media digital dengan baik. Sudah
berapa berita dan feature yang sudah publish dari hasil liputan mereka. Mereka
menggunakan HP untuk melihat dan menonton YouTube mengenai berita-berita
terbaru tanah air, serta memanfaatkan HP untuk membuka Google Maps agar proses peliputan berjalan dengan lancar. Mereka
menggunakan media digital sebagai alat pewarta bagi masyarakat luas. Kini
mereka tinggal satu bulan lagi akan meninggal Kota Metropolitan. Mereka terus
memanfaatkan peluang itu untuk mengasah kemampuan diri dalam dunia jurnalistik.
Bagi mereka magang di Media Indonesia dan Metro TV bukan lagi sebagai tantangan
tetapi peluang untuk masa depan yang baik.
Oleh:
BD, Admin nerapost.eu.org
Post a Comment for "Magang di Media Indonesia dan Metro TV; Tantangan dan Peluang"