Tulus Pada yang Salah || Cerpen BD
(Sumber gambar: senilukisindonesia2015.blogspot.com)
Ia
menarik napas dalam-dalam. Kata-kata dari penyair itu membunuh sebagian
tubuhnya. Ia mulai diam dan kaku. Ia menutup buku itu sambil melihat beberapa
ekor semut sudah merangsek masuk ke dalam gelas kopinya. Ia dengan cepat
memindahkan semut itu ke lantai. Duanya langsung dibunuh dengan jarinya. Jeritan
dari dalam gelas terus bergema. Ternyata satu ekor sudah tenggelam dalam kopi
yang hampir dingin. Lelaki itu kembali membuka halaman 78 dari buku itu.
Ia melihat satu kalimat yang menarik “Matinya
Perempuan Gila di Atas Kepala Lelaki.” Beberapa kali ia mencoba menafsir
kalimat itu, tetapi selalu gagal. Ia tak menyerah. Ia kembali membaca dua
kalimat sebelumnya, tetap saja ia gagal. Tafsirannya selalu buntu tentang
perempuan. Ia tahu perkara tentang perempuan itu kompleks. Hari ini kita boleh
paham tentang ini-itu, besok lain lagi. Pokoknya mereka suka berubah-ubah, ikut
mood.
(Baca
juga: Kita Berakhir Tanpa Memulai || Cerpen Tanty Delima)
Ia
sedang santai menghabiskan kata-kata pada lembaran-lembaran buku. Sedangkan
kopinya sudah lebih dulu selesai menjamu otaknya. Ia memandang ke depan sambil
bergumam “Perempuan selalu begitu. Pasang mood
baik kalau ada tujuan dan pasang badang kalau sedang parah-parahnya.” Dua jam
ia bergulat dengan kata-kata pada buku dan berjam-jam ia bergulat dengan
situasi batinnya. Kisahnya bersama wanita itu terus menjeratnya. Apakah ia
harus keluar atau tetap bertarung. Dua pilihan yang sama-sama berat. Jika
keluar berarti ia harus mengubur mimpinya bersama wanita itu tetapi jika ia
tetap bertahan sepanjang waktu ia terus merintih.
Tiba-tiba
di balik layar HPnya berdering untuk kesekian kali. Ia melihat gadis itu
memanggilnya. Ia pura-pura kuat menahan hatinya yang sudah candu. Hatinya luluh
setelah ia melihat pesan dari gadis itu “Kak, saya minta maaf untuk semunya.”
Kalimat itu membakar hatinya sudah berjam-jam membeku. Ia mengangkat telepon
dari gadis itu dengan nada santai. Ia tak mau suasana batin di rasakan oleh
gadis itu. Ia lelaki pandai mengumpet rasanya. Karena ia memang tahu tentang
wanita, semakin engkau menunjuk rasa cintamu maka engkau akan dipermainkan dan
engkau tak akan dihargai sampai nanti.
(Baca
juga: Puisi - Persimpangan Jalan)
Sudah
berapa bulan, kisahnya bersama wanita terus dirajut dalam dunia chat dan
telepon. Hatinya kadang pasang surut. Adanya ia bahagia ada saatnya ia juga ia
tersiksa. Lelaki itu terus meramu mimpi pada wanita itu. Ia berlangkah maju
layaknya seorang laki-laki yang siap menjadi kepala keluarga. Lelaki itu setia
mendengarkan kisah wanita itu, dari mana pada siapa ia akan berpulang. Wanita
itu menceritakan semua tentang keluarganya dari nenek moyang sampai jumlah
saudaranya. Ia lelaki yang sudah mendengar tanpa banyak bicara. Ia tahu
bagaimana menyamankan hati seorang wanita.
Pada
suatu ketika, lelaki itu tahu semua permainan yang diciptakan oleh wanita itu.
namun, ia tetap santai. Ia tidak mau kisah mereka dipupus sedemikian mungkin.
Wanita itu makin lincah bermain peran. Ia layaknya seorang aktor papan atas.
Pada siapa ia akan berakting dan pada siapa ia menampilkan jati dirinya yang
sungguh. Setiap kali ia menelepon lelaki itu, ia tetap santai. Rasa-rasanya ia
tidak sedang memainkan suatu pertandingan yang apik. Wanita itu juga pandai
mengatur waktu, kamuflsenya sangat sempurna.
(Baca
juga: Rute Penerbangan || Cerpen No Eris)
Lelaki
itu sudah tahu semuanya. Setiap kali ia mendengar kata-kata rindu dari wanita
itu. Hatinya terasa geli. Senyumanya penuh kemunafikan. Setiap kali wanita itu
hilang kabar, lelaki itu selalu bertanya “Hari ini ngko ke mana?” Wanita itu
selalu berkata “saya sibuk sekali, mulai dari deadline skripsi, online dan
lain-lain.” Lelaki itu hanya tersenyum, Ia tetap setia mendengar alasan dari
wanita itu. Memang benar kalau wanita sudah menjadi ular, memegang ekor saja
sulit apalagi memegang kepalanya.
Lelaki itu terus menyaksikan permainan dari wanita itu. ia tak mau menegur. Ia percaya suatu saat wanita itu akan sadar tentang mana yang paling tulus. Hingga akhirnya lelaki itu mengirim pesan kepada wanita melalui WA “Entah sampai kapan lembaran ini akan kita tutup. Izinkan saya untuk terus berada dalam lembaran permainanmu, sampai waktunya selesai.”
Post a Comment for "Tulus Pada yang Salah || Cerpen BD"