Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kita Berakhir Tanpa Memulai || Cerpen Tanty Delima

Kita Berakhir Tanpa Memulai || Cerpen Tanty Delima

(Sumber gambar: www.hipwee.com)

“Perkara hati memang susah dipaksa kita tidak bisa memilih dengan siapa hati ini akan jatuh tapi kita bisa menentukan hati mana yang sekiranya layak kita jag.” - (Konstantina Delima)

 

3 tahun yang lalu, di sudut kota aku tak sengaja bertemu dengannya, entah semesta yang  merestui pertemuan itu atau mungkin hanya sebuah kebetulan.

Sore itu setelah hujan reda, aku masih belum bergegas meninggalkan halte, aku masih tak percaya semudah itu ia berlalu. Tak terasa malam perlahan-lahan merenggut petang dan aku masih saja di halte seperti menunggu tapi tak tahu siapa yang ditunggu. Aku terlihat tenang namun pikiran, ah….entahlah, Tiba-tiba saja sosok itu, betah diingatan, kenangan hiruk pikuk diingatan.

 

(Baca juga: Dilamar Belum Tentu Dinikahi || Cerpen CAJ)

 

 

2019

“Hallo enu” aku berbalik memastikan akulah yang disapanya yahh… memang benar hanya ada aku dan dia di halte. Saya hanya mengangguk sembari tersenyum.

Enu, maaf sebelumnya sedari tadi saya memerhatikan dari kejauhan, entah ada masalah apa, tidak baik jika seorang perempuan melamun hingga jam-jam seperti ini. Jika ada masalah ceritakan dengan sahabat terdekatmu atau siapapun yang dipercaya, jangan dipendam. Ayo saya antar pulang.

Belum sempat saya menjawab tiba-tiba dia menggenggam tanganku mengajakku mengendarai motornya.  Hari itu, pertemuan awal kami, Sebut saja Agustinus teman kuliah paling asyik, sekaligus mengajarkanku bahwa mencintai adalah seni menyakiti diri sendiri.


(Baca juga: Gagal Cita-cita Punya Pacar Pemain Sepak Bola || Cerpen Adriani Miming)


Tan…

Hm…

“Jangan terlalu larut di masa lalu, kamu pernah bilang biarkan masa lalu pada tempatnya, ayo bangkit. Saat ini kita sama-sama patah hati ayo saling menguatkan”. Aku masih sangat ingat kata-kata ini, nyatanya dia berhasil membuatku patah hati berkali-kali, bukannya datang untuk menyembuhkan ehhh….ternyata dia berhasil merawat luka meninggalkan genangan dan kenangan…

Semenjak hari itu banyak waktu yang kami habiskan berdua. Yah, walau sekadar saling menguatkan. Kami menjalin hubungan tanpa kepastian, selalu saling memberi kabar, menghabiskan waktu sesering mungkin, yang selalu saja menyiapkan telinga saat aku ingin bercerita, yang selalu menenangkan saat aku menangis keras bahkan, beberapa teman mengira kami menjalin hubungan. Bukan hanya itu, kami menjalin hubungan selayaknya pacaran. Singkat cerita, rasa itu pelan-pelan tumbuh sendiri dan masuk terlalu dalam, namun aku ditampar kenyataan ternyata semesta pandai bercanda, tapi mengapa rasanya terlalu nyata? Nyata merasakan sakit.

 

 

(Baca juga: Tanya Suhartini Pada Suherman || Puisi Geron Darman)

 

 

Dia membiarkan aku jatuh sendirian, setelah rasa itu begitu dalam diam-diam dia pergi tanpa pamit, datang tanpa diundang, seenaknya pergi begitu saja. Saat aminku terlalu serius ternyata kamu hanya bercanda lantas, kenapa kamu membiarkan aku masuk sedalam ini? dan membawa sepotong hati yang pergi, lain kali tolong untuk soal rasa jangan dimainkan yah, kamu mungkin menganggap ini lucu tapi untuk aku yang terlalu serius ini luka yang paling dalam. Ahhh benar saja, aku salah  aku kira dia sungguh nyatanya hanya singgah. Mencintaimu adalah derita yang kurawat.

Perkara hati memang susah dipaksa kita tidak bisa memilih dengan siapa hati ini akan jatuh tapi kita bisa menentukan hati mana yang sekiranya layak kita jaga. Atau mungkin kamu tak pernah menyakiti, aku hanya disakiti harapanku sendiri. Ah.. entahlah. Mengikhlaskan adalah pilihan terbaik, level tertinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan, wkwkkwkwkkw itu semua bohong yang ada terpaksa lalu terbiasa. Benar saja, tidak perlu berusaha melupakan biarkan kenangan itu sendiri yang menghilang pada dirinya sendiri.

Tuhan sengaja mempertemukannya lalu Tuhan juga yang akan membuatnya luka, mungkin karena Tuhan cemburu, bagaimana Tuhan tidak cemburu di kala hambanya mencintai ciptaan-Nya lebih dari pada penciptanya sendiri.

Benar kata mama, jika sekadar singgah cukup suguhkan kopi bukan hati.


Konstantina Delima, Sapaan Tanty. Beberapa tahun yang lalu adalah puncak patah hati baginya, bagaimana tidak semesta merenggut mama sekaligus Pendampingnya. Perempuan menolak tua, Penyuka sunyi. Masih sempat menulis di tengah hiruk pikuknya  isi kepala berdebat dengan kenyataan. Masih menganggur seperti isi hati..wkwkwkkw

4 comments for "Kita Berakhir Tanpa Memulai || Cerpen Tanty Delima"