Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dilamar Belum Tentu Dinikahi || Cerpen CAJ

Dilamar Belum Tentu Dinikahi || Cerpen CAJ

(Sumber gambar: style.tribunnews.com)

Semesta selalu memberikan banyak pelajaran berharga dalam hidupku. Setiap persoalan yang terjadi, pada akhirnya menjadikan hidupku semakin dewasa. Ketika beranjak dewasa, sebagai orang awam aku berharap, kelak aku akan dipersatukan dengan pasangan yang aku pilih dalam ikatan pernikahan tepat di depan altar Tuhan. Bintang, sosok lelaki yang menemaniku sejak tiga tahun yang lalu. Dia  adalah orang yang aku yakini akan menjadi teman hidup untuk selamanya. Tepat di anniversary kami yang ke-3, dengan teguh dia menyatakan keseriusannya untuk membawa hubungan kami ke jenjang yang lebih serius.

"Liv, happy anniversary yang ketiga ya. Terima kasih karena tetap bersama aku walaupun selama ini kita jarang sekali menikmati waktu berdua. Namun, dengan komitmen yang kita buat, kita masih tetap bersama sampai hari ini," ucapnya lirih sembari mengecup keningku dengan lembut. Selama satu tahun terakhir, aku dan Bintang memang jarang sekali bertemu karena tuntutan pekerjaan, tetapi komunikasi kami via WhatsApp selalu lancar.

"Happy anniversary juga sayang. Terima kasih ya. Semoga benih cinta antara aku dan juga kamu selalu bertumbuh subur hingga nanti akan berbuah banyak," kataku sambil menatap wajahnya.

 

(Baca juga: Gagal Cita-cita Punya Pacar Pemain Sepak Bola || Cerpen Adriani Miming)



 

"Amin Liv. Aku mau mau hubungan ini lebih serius lagi. (Sembari mengeluarkan kotak berbentuk hati dari saku jaketnya) Liv, will you marry me?” ( sambil menyodorkan cincin kepada Oliv)

"Kamu lamar aku Bi?"

"Iya. Jadi gimana?

"Yes i do," kataku dengan nada bahagia

Malam itu menjadi saksi dari rasa bahagia antara aku dan Bintang. Bagaimana tidak, seseorang yang saya cinta akhirnya menyatakan keseriusannya untuk menikah dan menua bersama.

Hubunganku dan Bintang sudah lama diketahui oleh kedua orang tua kami masing-masing. Sewaktu kuliah dulu, Bintang sering kali mengantarku pulang ke rumah, sesekali ia mampir dan menikmati kopi buatan Ibu. Tidak ada alasan dari keluarga untuk tidak merestui hubungan kami.

"Liv, aku harus kembali kota untuk bekerja. Minggu depan aku akan menemuimu kembali"

"Iya Bi. Jaga diri ya. Aku mencintaimu"

 

(Baca juga: Perjuangan yang Dipaksa Mati || Cerpen BD)

 

Semenjak dilamar Bintang, komunikasi kami bukannya semakin baik, malah semakin dingin. Setiap kali aku ingin menghubunginya, alasannya pasti sibuk kerja untuk mempersiapkan pernikahan. Sebagai pasangan yang saling support, aku tidak pernah menuntutnya untuk selalu berkabar.

"Bi, kamu sibuk? Kok chat aku gak dibalas Bi?"

"Masih banyak kerjaan Liv!"

"Kamu udah dua bulan gak pulang loh Bi, kamu gak apa-apa kan?"

"Iya tau Liv, bulan depan ya sekalian aku mau ke rumah kamu nanti dengan keluarga aku"

"Iya yang. Aku tunggu ya"

Tiga bulan berlalu, Bintang tidak kunjung datang. Tidak pernah berkomunikasi. Dengan penuh kekhawatiran, aku bertekad mengunjunginya ke kota tempat ia bekerja.

"Bi, aku udah sampai di kota. Maaf aku tidak memberitahumu. Kamu tidak pernah balas chat aku Bi, makanya aku menyusul ke sini.

Entah berapa banyak pesan yang saya kirimkan melalui WhatsApp, namun tidak satu pun yang ia jawab. Perubahan sikap yang begitu drastis, memunculkan banyak pertanyaan di kepala. Dengan berani, aku mendatangi kontrakan Bintang.

"Permisi.. Bi, kamu ada di dalam? (Sambil mengetuk pintu)

"Cari siapa kak? (Seorang perempuan berdaster dengan perut yang terlihat buncit membukakan pintu)

"Mohon maaf kak, aku pikir Bintang masih tinggal di kontrakan ini, ternyata aku salah. Aku pamit"

"Bintang? Suamiku maksudnya?

"Buu..bukan Kak. Aku salah alamat. Permisi!"



 

(Baca juga: Pacar Kontrak di Tempat KKN || Cerpen BD)

 

"Bintang, aku tidak pernah mengharapkan kejadian yang aku saksikan hari ini ada di dalam kisah kita. Ini terlalu sakit Bi, sungguh. Kamu sudah menghancurkan sebagian dari mimpi yang sudah aku bangun selama bertahun-tahun”

Setelah peristiwa yang begitu memilukan seminggu yang lalu, Bintang akhirnya menemuiku di rumah.

"Oliv, aku tidak tahu harus menjelaskannya mulai dari mana Liv"

"Kamu tidak perlu menjelaskan banyak hal Bi"

"Biarkan aku melanjutkannya dulu Liv"

"Maafkan aku Liv, sudah menorehkan luka yang teramat dalam untuk kamu. Aku bersalah Liv, ampuniku. Aku  tetap mencintaimu Liv"

"Bi, ada beberapa hal yang tidak bisa kita paksakan di dalam dunia ini, salah satunya adalah hati. Semenjak kamu menaburkan benih dalam rahim perempuan itu, aku sudah tidak lagi mendapatkan tempat di hati kamu Bi. Selama apa pun waktu yang sudah kita lewati selama ini, semua hanya omong kosong Bi"

"Tidak Oliv!! Kamu selalu mendapatkan tempat terbaik di hati aku Olivia. Kamu harus tahu itu. Yang terjadi antara aku dan dia hanya sebuah kecerobohan saja Liv, bukan karena cinta"

"Tidak Bi. Itu bukan sebuah kecerobohan. Dengan sadar kamu melakukan itu Bi. Aku  tidak menyangka Bi, luka yang paling dahsyat datangnya dari kamu, orang yang cintai dengan hati aku.

 

(Baca juga: Televisi Tua; Suara Minor dari Ujung Negeri || Puisi BD)

 

"Aku mencintaimu Olivia!!"

"Hal lain yang perlu kamu ingat Bi, perempuan itu tidak datang dengan sendirinya apa bila sebelumnya tidak ada yang membukakan pintu, atau yang saling mengetuk pintu. Aku tidak menghakimi kamu atau pun dia Bi. Kita mungkin pernah berjalan bersama, tapi tujuan kita ternyata berbeda Bi.

"Aku tidak akan meninggalkan kamu Liv. Aku  akan tetap menikah dengan kamu. Soal dia, aku akan bertanggung jawab dengan cara aku tanpa harus aku nikahi dia"

"Kamu keliru Bi. Aku tidak akan menikah dengan orang yang hati dan cintanya bukan untuk aku. Aku tidak mau terus berjalan dengan orang yang tidak memiliki tujuan yang sama. Sudahi semuanya Bi.”

Terima kasih untuk pelajaran berharga yang kamu berikan Bintang. Orang-orang benar, tidak semua yang datang akan menetap. Dari kamu juga aku tahu, rasa sakit yang paling hebat justru hadir dari orang-orang yang paling dekat dengan hati kita. Terima kasih, kamu sudah memberi tahu, bahwa tidak semua yang terlihat tulus akan berjalan mulus.

Post a Comment for "Dilamar Belum Tentu Dinikahi || Cerpen CAJ"