Teganya Tuang Rakyat - Nerapost
(Dokpri Aldi Jemadut)
Oleh: Aldi Jemadut
Dewan Perwakilan Rakyat (Tuang
Rakyat) adalah wakil rakyat di parlemen. Mereka duduk di sana sebagai penyambung
lidah “mu’u luju lema emas” dari
rakyat (Ro’eng), kira begitu bunyi filosofisnya. Tuang Rakyat duduk di kursi
parlemen tentu merasakan dan mengetahui kebutuhan rakyat, sebab mereka adalah
pembawa aspirasi rakyat, suara dan hati nurani rakyat. Tentu mereka tahu persis
penderitaan dan jeritan rakyat, maka dengan alasan tersebut mereka berjuang
untuk menyampaikan “mu’u luju lema emas”
dari rakyat (aspirasi). Mereka juga tahu baik bagaimana membawa mu’u luju lema emas (aspirasi) rakyat
guna untuk kepentingan rakyat itu sendiri, seperti kesejahteraan, kemakmuran
juga kebahagiaan bersama.
Tetapi
apa boleh buat, mereka berkoar-koar dan bersorak ria di kursi parlemen atas nama
rakyat, tapi itu semua demi kepentingan pribadi, keluarga dan kelompok-kelompok,
praktik KKN pun terjadi. Bahkan segala janji politik itu sebagai terasi tambahan
dalam berpapasan langsung dengan rakyat, bahkan semanis kecap ABC. Ngeri!
Pembicaraan mengenai kemajuan, kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat hanya
sebagai iklan. Namun mereka tidak peduli soal itu, masa bodoh menjadi nomor
satu. Hebat! Lebih cocok dikatakan “tega”!
(Baca
juga: Ketika Mantan Jadi Pastor || Cerpen BD)
Dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat itu menjadi basi, mereka tidak peduli,
mereka orang bertingkah pura-pura tidak tahu tentang hal itu. Padahal itu
adalah dasar utama perjuangan mereka di kursi parlemen. Mereka dari rakyat, mereka
diutus oleh rakyat, dan tentunya mereka untuk rakyat, bukan untuk pribadi, keluarga
ataupun kelompok-kelompok tertentu. Ketika rakyat menuntut janji-janji
politiknya yang manis, elok dan indah didengar, mereka tidak peduli. Yang
penting gaji lancar, berat badan naik, lambung aman. Hebatkan? Sidang di kantor
untuk membicarakan kepentingan rakyat hanyalah sebuah ajang kompetisi, bahwa
mereka adalah “Tuang Rakyat”, bikin habis uang rakyat.
Ketika rakyat meminta pembangunan guna untuk kepentingan bersama, kadang tidak direspon. Apakah kita tetap memilih kembali mereka di ajang pemilu berikutnya? Apakah kita bangga dengan Tuang seperti ini? Apabila kita sebagai rakyat menimbulkan pertanyaan seperti ini, menandakan atau memperlihatkan banyak ketidakberesan pada Tuang yang sebagai wakil kita (Rakyat). Mereka sebagai Tuang rakyat yang mewakili rakyat dalam bingkai demokrasi tidak lagi memperlihatkan hakikat yang sesungguhnya. Yang artinya tugas pokok mereka sebagai mu’u luju lema emas rakyat benar-benar tidak sungguh-sungguh, hanya mempermainkan rakyat.
(Baca
juga: Pacar Kontrak di Tempat KKN || Cerpen BD)
Mereka berpikir rakyat ibarat bola yang sepak dan
ditendang sana-sini, tapi mereka lupa tujuannya, yaitu memasukan bola ke dalam
gawang, begitupun tanggungjawab mereka, sebenarnya harus mampu memasukan rakyat
ke dalam kesejahteraan, kemakmuran serta keadilan dan kebahagiaan. Mereka
sungguh tega, aspirasi rakyat yang telah dimiliki dikesampingkan.
Paling anehnya sekarang, ketika rakyat menagih janji kepada mereka (misalnya, meminta mereka untuk buat jalan raya atau air bersih), mereka harus disembah terlebih dahulu seakan-akan seperti Tuhan. Syukur-syukur mereka menerima dengan baik, kalau tidak mungkin beri janji, janji, dan janji. Pada akhirnya masa jabatan selesai, janji hanya sebatas janji. Tidak terealisasi. Karena ketegaran hatinya, maka Tuang yang sebagai wakil rakyat seharusnya dijadikan “budak” rakyat (tidak cocok untuk menjadi pemimpin). Rakyat harus bangkit menentang dan melawan mereka sekarang ini juga.
Post a Comment for "Teganya Tuang Rakyat - Nerapost"