Puisi - Persimpangan Jalan
(Sumber gambar: nusantaranews.co)
Oleh: BD
Waktu terus mengurung sunyi.
Tak ada lagi tanda-tanda,
selain persimpangan jalan yang sepi.
Nenek-Nenek tua tak berjualan lagi.
Sedangkan cucu-cucunya merengek minta manisan.
Anak muda yang tahu menciptakan tetapi tak tahu
merawat.
Mereka mulai menitip,
Membangun cerita yang manis-manis.
Dan mereka pergi menciptakan dunia lagi.
Lagi dan lagi,
(Baca
juga: Pesan Ayah kepada Anak Wanitanya)
Waktu terus menciptakan resah.
Memberi kenangan pahit di hari tua.
Memberi luka dan kisah yang tak sanggup dipikul.
Raga tak kuat lagi memintal hidup yang mulai sendu.
Pada persimpangan jalan yang penuh genangan
keringat.
Nenek-Nenek tua berlarian menghantar barang
dagangan,
Pada penumpang yang mungkin senasib,
Atau mungkin yang punya hati untuk berbagi.
(Baca
juga: Tanya Suhartini Pada Suherman || Puisi Geron Darman)
Persimpangan jalan,
Menjadi cerita yang dibawa sampai nanti.
Yang kini menjadi sepi,
Sama persis usianya kian menua.
Sungguh!
Post a Comment for "Puisi - Persimpangan Jalan "