Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mery dan Seorang Frater Kekasihnya || Cerpen Christin De Simnia

(Sumber gambar: www.kompasiana.com)


Mery seorang gadis periang yang sedikit lugu perlahan memasuki gerbang biara tempat sang pujaan hatiku berada. Ia melangkahkan kaki ke dalam biara sambil berbicara dalam hatinya, Di manakah si Tuan itu berada? dia pandai sekali bersembunyi sampai aku kesusahan mencarinya. Tuhan biarkan aku berjumpa dengannya tak apa walau hanya sesaat.

Ia terus bergelut dengan pikirannya sendiri dan tidak menyadari ada seseorang di depannya.

Brukk.” Sambil meringis kesakitan, Mery melihat seseorang yang tidak sengaja ia tabrak. Ternyata orang itu adalah salah satu frater yang sedang lewat saja. “Aduhh... kaka Fr jan marah. Saya tidak lihat tadi,” Kata Mery dengan wajah penuh rasa bersalah.

“Iya enu, tidak apa-apa. Saya lihat enu sepertinya sedang mencari seseorang.”

“Iya kk frater. Saya cari separuh sap jantung hati. Ternyata dia su ada di depan mata.”

“Hahaha... Aduh, Enu su jago gombal. Enu tau, karena sifat ini yang buat saya semakin jatuh ke dalam pesonanya enu.”

“Hahhahah aduh kk e... Jangan buat saya semakin susah untuk melepaskan kakak nantinya.”

Di sela-sela obrolan, Mery memikirkan sesuatu yang terus saja menghantui pikirannya sejak dulu.


 

(Baca juga: Kisah Revo Hitam Menuju Bandara || Cerpen BD)

 

“Kakak, bagaimana dengan hubungan kita berdua? Apa kita harus terus bersembunyi seperti pencuri?”

“Enu, kita jalani saja dulu. Entah bagimana ujungnya, yang enu perlu ingat saya akan selalu menyayangi enu dan saya akan selalu doa untuk kita berdua.”

Setelah perjumpaan itu, Mery mulai memikirkan hubungan yang tak seharusnya ia paksakan indah seperti kisah romantis pada umumnya. Karena ia ada jauh setelah Tuhan menguasai hati pujaannya.

 

(Baca juga: Keluh Minor dari Pelosok || Puisi Benyamin Manggas)

 

Sore pun tiba. Mery mengikuti sebuah misa di Gereja dengan niat yang murni untuk menenangkan hatinya dan pikirannya. Pada saat sesi homili, pastor tersebut mengatakan “Jangan pernah mengambil apa yang tak seharusnya menjadi milikmu dan jangan memohon kepada Allah untuk sesuatu yang sudah kamu tau kamu tak bisa miliki. Contohnya, ketika kamu berdoa, Tuhan saya mencintai frater itu. Saya mau hidup bersama-sama dengan dia. Ketahuilah! Dia yang kamu maksudkan tengah disiapkan untuk  mencintai dan melayani banyak orang dan bukan untuk dirimu seorang!”

Sontak, seisi Gereja pun tertawa. Suara mereka bergema hingga masuk dan menusuk telinga,  menembus keyakinan Mery pada kisah cinta yang ia jaga sejak lama. Apa yang dikatakan pastor itu persis dengan apa yang selalu dia lakukan. Mencintai seseorang yang sejak awal bukan miliknya. Misa selesai dengan kesan yang menyayat hati Mery. Ia berjalan pulang sambil merenungkan apa yang baru saja ia dengar.

 

(Baca juga: Rute Penerbangan || Cerpen No Eris)


 

Setelah beberapa hari berdiam diri di rumah, Senja kembali mengunjungi sang kekasih di biara.

“Halo enu, apa kabar?” Sapa kekasihnya itu.

“Puji Tuhan baik. Kakak frater apa kabar?”

“Baik juga enu. Saya lihat-lihat, enu sepertinya sedang banyak pikiran. Enu kenapa?”

“Jadi begini kakak frater, saya tidak mau membuat Tuhan marah kepada saya maupun kepada kakak. Lebih baik, hubungan kita sampai di sini saja. Saya sangat menyayangi kakak tapi tembok pembatas antara kita terlalu kuat. Cinta yang kita yang kakak kuatkan dengan doa pun tidak akan bisa merobohkannya. Jika saya memaksakan untuk tetap memperkuat cinta ini dan merobohkan tembok yang terbuat dari panggilan dan kepercayaan yang kokoh itu, saya akan menyakiti banyak orang bahkan Tuhan,” kata Mery sambil menahan air mata.

“Enu, kenapa tiba-tiba mengambil keputusan begini? Jujur. Saya masih tidak menduga atas keputusan ini. Saya mencintai enu tapi juga menghargai keputusan yang enu buat. Saya harap ini menjadi kisah yang sulit diperjuangkan namun sangat indah untuk dikenang.

 

(Baca juga: Engkau Goyang maka Aku Teriak - Nerapost)

 

Air mata yang telah susah payah Mery tahan, akhirnya tumpah saat frater memeluknya erat. Saat itu ia menyadari bahwa ia telah kehilangan pujaan hatinya. Seseorang yang ia cintai dengan sepenuh hati ia ikhlaskan pergi kembali pada kekasih sejatinya. Memang Senja tidak akan menang karena saingannya memang terlalu berat. 

Dekapan itu erat dan hangat. Namun hanya sesaat. Mereka melepaskan pelukan demi melindungi diri dari gosip tetangga.  Mery mengusap air matanya, dan berpesan kepada frater.

“Kakak berhenti mencintai wanita lain selain Maria. Jangan ada lagi Maria-maria yang lain.”

Sang frater mengangguk dengan pasti lalu tersenyum tulus. Melihat senyuman itu, Mery sangat lega dan merasa keputusannya sudah tepat. Setelah kejadian itu, Mery mulai menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas guna membantunya terlepas dari bayang-bayang sang kakak frater.

2 comments for "Mery dan Seorang Frater Kekasihnya || Cerpen Christin De Simnia "