Janji yang Tak Berujung || Cerpen Safry Dosom
(Sumber gambar: www.sinergipapers.com)
Kau telah melukai hatiku. Kata-katamu sungguh membunuh ragaku. Kau seperti mencampakkan aku di dasar jurang yang amat dalam. Sulit aku
bangun untuk mengapai harapanku. Aku hanya diam seribu bahasa. Menatap dunia
yang penuh bisu. Mungkinkah ini takdir
kita. Mencintai tanpa harus memiliki. Sungguh Tuhan telah menentukan hidup kita. Kita sudah terlanjur
mencintai, namun Tuhan mempunyai rencana yang lain untuk kita. Ah Tuhan kenapa
engkau tak mengerti denganku? Aku mencintainya. Sejak kecil aku mengaguminya.
Membayangkan dirinya untuk tinggal bersamaku. Kenapa engkau mengambilnya
kembali dari padaku.
Seandainya engkau tak mengucapkan kata-kata yang membuat
aku berharap mungkin saat ini aku tak mengharapkanmu. Mungkin kau merasa
kata-kata yang kau ucapkan tidak memiliki maknanya yang paling dalam, tetapi
bagiku itu sangat berarti yang membuatku tidak berpaling darimu.
(Baca
juga: Perjuangan yang Dipaksa Mati || Cerpen BD)
Aku sudah terlanjur candu padamu. Melekat pada hatimu.
Dan tak ingin pergi meninggalkanmu. Kau tak pernah berpikir di sini kota yang
dingin yang menggundang banyak pertanyaan atau pun pilihan. Apakah aku harus
tetap bertahan? Ataukah aku harus berpaling?
Namun hanya karena rasa percaya yang berlebihan, di sini
aku tetap bertahan. Meskipun jauh aku tetap menunggu janjimu yang selalu kau
ucapkan. Kau tidak pernah tahu sudah seberapa hanya air mata yang telah jatuh. Hanya karena merindumu, memikirkanmu,
mengharapkan janjimu untuk hadir
di dalam hidupku.
(Baca
juga: Setelah Putus dengan Frater, Sophie: Asal Kujamah saja Jubahnya, Aku akan Sembuh!
Setiap kali aku mengabarimu, entah melalui chating
atupun video call
sering kau mengabaikanku. Aku tidak apa-apa, aku tahu mungkin banyak pekerjaan
yang harus kamu lakukan di sana. Aku tidak ingin menciptakan perdebatan ataupun
permasalahan di antara kita, karena aku tak ingin hubungan kita hancur. Aku hanya ingin mengetahui
kabarmu saja. Apakah kau baik-baik saja di sana? Atau mungkin ada hal-hal lain yang menimpa dirimu? Karena aku
hanya ingin kau baik-baik saja. Aku percaya padamu. Aku tahu anak Tuhan tidak
pernah menipu.
Aku hanya membutuhkan kejujuranmu dan tidak pernah
menghalangimu untuk mencintai sesuatu yang lain. Kau sering mengucapkan janjimu
keteika aku mengabarimu.
(Baca
juga: Wajib Kamu Tahu! Lima Keunggulan Suami Eksfrater)
“Aku mencintaimu. Aku berjanji lebih memilihmu
dibandingkan dengan panggilanku”
Kata-katamu ini sangat melekat pada hatiku dan selalu
muncul di dalam pikiranku. Di sini aku berusaha untuk bersikap cuek dengan
orang-orang yang ingin meminta kenalan denganku. Aku tahu mereka juga baik
sepertimu. Tetapi aku masih berharap pada janjimu, karena aku tidak mau melukai
hati orang yang aku cintai. Seperti dirimu. Aku percaya mungkin kamulah orang
yang dititipkan Tuhan untuk bias membangun dan mewujudkan semua mimpiku. Dan
biasa berjalan bersamaku, menjagaiku di hari tua nanti.
Sekarang aku sudah lelah. Menyerah menghadapi sikapmu. Mengharapkan janjimu yang tak berujung. Setiap saat engkau mengucapkan janjimu, namun perlahan kau menjauh. Sungguh engkau mengingkari janjimu. Aku berusaha kuat untuk melepaskanmu dari hatiku dan merelakan kepergian untuk mencintai pilihanmu.
Janganlah engkau selalu berharap pada janji. Janji adalah
luka. Janji sering diingkari membuatmu rapuh untuk kembali kepada mimpimu
Post a Comment for "Janji yang Tak Berujung || Cerpen Safry Dosom "