Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Halte di Kota Ruteng || Cerpen BD

Halte di Kota Ruteng || Cerpen BD

(Sumber gambar: lifestyle.okezone.com)

“Biar kota Ruteng saja yang dingin, perasaanmu ke aku jangan dingin ya,” gombal Riani kepada kekasihnya melalui pesan WAnya.  Wajar saja mengapa ia mengirim pesan demikian. Suasana kota Ruteng kala itu sangat dingin. Selimut tebal tak sanggup menahannya. Ini bukan hanya dingin dari luar tetapi dari dalam juga. Ini perkara yang rumit dan sulit, dua-duanya datang tanpa ampun.

 “Hati butuh kehangatan yang pasti, butuh yang kekal bukan hanya sesaat,” gumamnya. Siapa lagi yang mampu menghangatkan hatinya kalau bukan kekasihnya. Tetapi Riani tak mampu melawan takdir, ia harus LDR dengan waktu yang cukup lama. Riani percaya setelah LDR pasti ada pertemuan yang mampu menghangatkan perasaannya.

Riani yang dikenal dengan gadis cupu yang minim pengalaman dalam dunia percintaan. Baginya pacaran saling kabar lewat media itu asyik dan lebih dari cukup. Sehingga tak jarang ia suka membangun hubungan LDR. Ia tak mau diperbudak oleh cinta. Apalagi sedang kuliah, waktu harus terbagi antara tugas kuliah dan jalan-jalan dengan kekasih. Ia tidak mau merepotkan diri dengan hal-hal konyol seperti.

 

 

(Baca juga: Diam Itu Luka || Cerpen Adryan Naja)

 

Tak jarang Riani dikenal dengan gadis yang idealis dan perfeksionis. Semua laki-laki yang datang harus diseleksi dengan ketat, mulai dari penampilan dan juga isi kepalanya. Kalau yang isi kepalanya lebih banyak link-link aneh pasti ia dengan cepat meninggalkannya. Pokoknya harus setara dengan isi kepalanya yang dipenuhi dengan tokoh-tokoh filsuf, isu-isu politik, sastra dan dunia selebritis. Saking idealnya konsep yang ia bangun, sampai hubungannya hanya bertahan dua minggu, kadang juga hanya satu hari. Riani terlalu ideal bagi lelaki yang biasa-biasa saja.

Entah kenapa Pagi itu ia mengirim pesan kepada lelaki itu. Pesan yang penuh makna. Sudah tiga bulan Riani menjalin relasi dengan lelaki itu. Riani mulai berubah, entah setan apa yang merasukinya. Tak seperti biasanya Riani suka selektif tetapi dengan lelaki itu, cukup kenal 2 Minggu Riani langsung tidak tahu diri. Tak ada lagi yang ideal baginya selain lelaki itu.


(Baca juga: Mery dan Seorang Frater Kekasihnya || Cerpen Christin De Simnia)


Setelah mengirim pesan itu, Riani mulai cemas. Karena ia harus menunggu balasan dari lelaki itu. Pagi itu Riani pergi ke kampus untuk mengikuti ujian lisan dari salah satu mata kuliah yang ia ambil semester itu, sekaligus menghilangkan rasa cemasnya pada lelaki itu. Lelaki itu suka dan pandai membuat nyaman.

Bahkan Riani yang sebelumnya suka tidur sebelum jam 22:00 kini ia harus mete sampai larut. Kalau puas telepon dengan lelaki itu, Riani mulai melihat beranda akun FB dari lelaki itu. Pokoknya Riani lupa diri. Benar kata orang kalau kita sudah menemukan orang yang tepat, kita tak memikirkan lagi tentang siapa diri kita sebenarnya.

Tiba-tiba lelaki itu membalasnya “Enu, saya sudah di halte ini di depan kampusmu.” Riani cukup kaget. Ia tak menyangka momen itu. Bibirnya bergetar saat membaca pesan itu. ia tak percaya, sampai ia berteriak histeris di dalam kelasnya. Semua teman-temannya kaget. Wajah Riani yang muram kini berubah menjadi bahagia.

Senyumannya semakin lebar, tanpa permisi ia langsung ke luar dari kelas menuju halte di depan kampusnya. Ini pertemuan pertama bagi Riani. Ia sangat gugup beberapa kali sepatu putihnya harus terantuk di bibir jalan. Cara jalanya sudah tak biasa lagi, ia kelihatan gugup. Di sepanjang jalan menuju halte Riani terus mengurus rambutnya.

 

 

(Baca juga: Alasan Seorang Frater tidak Sulit Tinggalkan Kekasihnya – Nerapost)

 

Sesampainya di halte, lelaki itu masih duduk santai sambil melihat kendaraan yang lewat di hadapannya. Ia tahu Riani berjalan ke arahnya. Ia tetap santai dengan tas ransel di punggungnya. Kira-kira jaraknya sudah 5 meter dengan Riani, lelaki itu pura-pura melihat HPnya. “Kak, sudah dari tadi,” tanya Riani.

Lelaki itu tak menjawab. Ia hanya tersenyum ke arah Riani. Riani yang mulai salah tingkah, pura-pura menoleh ke arah jalan. “Iya enu, dari tadi. Kamu sudah ujian," kata lelaki itu. Tanpa pikir panjang Riani langsung memeluk lelaki itu dengan erat, pada keningnya dihujani kecupan mesra dari Riani. Lelaki itu mulai bertingkah “Woee, orang banyak ini. Ngko nekat sekali.” Riani tak peduli. Dinginnya kota Ruteng menjadi biasa-biasa saja setelah lelaki itu mampu menghangatkan hatinya.

Post a Comment for "Halte di Kota Ruteng || Cerpen BD"