Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bapak Pende Pemburu Untung yang Tak Kenal Lelah - Nerapost

 Bapak Pende: Pemburu Untung yang Tak Kenal Lelah - Nerapost
(Foto: Bapak Pende bersama Fonsi Orlando di Stan)

Namanya Bapak Pende. Usianya sekitar 60-an tahun. Ia berasal dari Magetlegar, sebuah kampung di Desa Wolomotong, Kecamatan Doreng, Kabupaten Sikka. Dia seorang pedagang hasil bumi di Pasar Alok, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka. “Setiap hari saya berjualan di sini,” katanya ketika diwawancara pada Selasa, 03 Mei 2022.

Kami berangkat dari Wairpelit menggunakan motor Verza 150. Kami menghabiskan waktu kurang lebih 20 menit perjalanan dan tiba di tempat Bapak Pende kurang lebih pada pukul 18.25 Wita.

Bapak Pende menggunakan tenda berukuran 3×1 m dan tinggi tiang untuk atap tendanya sekitar 2 m lebih untuk menjual hasil bumi tersebut. Siang dan malam Bapak Pende menanti para pembeli datang menawar barang jualannya itu. Ada yang membeli, ada juga yang tidak. “Kita tidak bisa memaksa para pembeli,” katanya sembari  tersenyum kepada kami.

 


 

(Baca juga: Tol Jombang Merebut Duka)

 

Hasil bumi yang dijual oleh Bapak Pende ialah kunyit, jahe, bawang putih, bawang merah, kayu manis, halia, buah pinang, buah sirih, kapur sirih, dan daun salam. Semua barang jualannya itu ia beli dari para petani di kampungnya lalu menjualnya kembali dengan standar harga pasar di Pasar Alok. Kecuali kunyit dan halia merupakan hasil tangannya sendiri.

Keuntungan dan kerugian yang diperoleh Bapak Pende selalu menjadi hal biasa baginya. Kadang keuntungan berpihak pada beliau, tetapi tidak sedikit kesempatan kerugian juga melandanya. Biasanya, musim-musim keuntungan terjadi pada bulan Januari dan Februari, selain itu rejeki tidak menentu. Pada bulan-bulan awal tahun itu, para penjual di pasar tersebut selalu menaikkan harga semua barang jualan mereka. Biasanya kami kasih naik lima ribu rupiah dari harga sebelumnya,” kata Bapak Pende sembari mengupas kulit pinang. Sesekali kami membantu mengupas kulit pinang tersebut.

(Foto: Beberapa hasil bumi yang dijual oleh bapak Pende di Stannya)

Kendati harga naik, barang-barang mereka tetap laku tejual dalam waktu yang cukup singkat. Kebutuhan pembeli meningkat pada bulan-bulan tersebut. Salah satu penyebab kerugian yang mereka alami dalam berjualan, demikian menurut Bapak Pende, adalah jumlah penjual terlalu banyak ketimbang pembeli. Tidak heran kalau barang jualan mereka membutuhkan waktu yang sangat lama untuk laku.

 


 

(Baca juga: Black Eagle FC Suka Prank dan Yosfrei FC Angkat Koper Lebih Dulu - Nerapost)

 

Di tengah kondisi yang tidak seimbang itu, bapak dengan tujuh anak ini tetap setia menjual barang-barangnya. Bahkan, ia harus tidur di tempat jualannya setiap hari. Ia tidur jam 10.00 atau 11.00 Malam lalu bangun pagi jam 04.00 subuh. Setiap hari selalu begitu. Tidur di atas kayu berukuran 3×1 m dan hanya beralaskan halar bamboo itu sudah dirasa nyaman olehnya. Hal itu sudah menjadi kebiasaan hidupnya di pasar tersebut. Kadang kala, Bapak Pende tidak tidur sampai pagi, lantas esoknya lanjut menjual barang-barangnya tersebut, terutama ketika pasar ramai dikunjungi orang.

Bapak Pende dan para penjual lainnya di Pasar Alok dapat tidur begitu saja pada malam hari dan meninggalkan semua barang dagangan mereka. Barang-barang tersebut dijaga oleh para petugas yang menjaga pasar pada malam hari. Untuk itu, semua penjual, termasuk Bapak Pende wajib membayar iuran ke pemerintah sebesar Rp 10000 setiap malam. Namun, kasus pencurian barang tidak luput dari tempat itu. Kadang kala barang-barang jualan mereka hilang begitu saja pada malam hari.

Bapak mantan perokok aktif ini sudah terlanjur jatuh cinta dengan Pasar Alok. Dia tidak mau pindah ke pasar-pasar lain untuk menjual barang-barangya. Dia berjualan di pasar tersebut semenjak pasar itu dibuka oleh pemerintah Kabupaten Sikka.

 

 

(Baca juga: Ketika Mantan Jadi Pastor || Cerpen BD)

 

Sebelum pindah ke Pasar Alok, Bapak Pende pernah berjualan di Pasar Bongkar. Lalu ia pindah ke Pasar Alok segera setelah pasar itu dibuka oleh pemerintah setempat. Boleh dikatakan beliau adalah salah satu dari sekian banyak orang pertama yang berjualan di pasar tersebut.

Selama berjualan di Pasar Alok, Bapak Pende jarang pulang ke rumahnya di Magetlegar, kecuali ada keperluan-keperluan penting baru ke rumah. Setiap hari, ia makan dan minum di pasar sambil menjaga barang-barang jualannya itu. Begitu pun urusan pribadi lainnya beliau lakukan di pasar. Anak-anaknya tidak pernah datang membantu beliau menjaga tendanya itu. Ia tugaskan anak-anaknya untuk membantu ibu mereka di rumah.

Bapak Pende sudah berhasil membelikan anaknya sebuah sepeda motor. Kesetiaan Bapak Pende tak pernah menuai kata lelah. Sepeda motor yang ia belikan untuk anaknya merupakan salah satu buah dari kesetiaannya tesebut. (Pewawancara: Fonsi, Geril dan Greg)

Post a Comment for "Bapak Pende Pemburu Untung yang Tak Kenal Lelah - Nerapost"