Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perempuan Juli Berparas Puisi || Kumpulan Puisi Sr. Marta Wullo, SSpS

(Sumber gambar: riangambar.blogspot.com)


Perempuan Juli Berparas Puisi


Akhirnya kutuliskan juga puisi ini

Di suatu pagi di bulan juli

Untuk seorang perempuan berinisial "M"

Yang lahir di bulan juli


 (Baca juga: Hujan di Senja Stasiun || Kumpulan Puisi Sr. Marta Wullo, SSpS)


Hari ini telah lahir seorang anak perempuan dari rahim kasih sayang, rahim seorang Ibu yang melahirkan dengan penuh kesakitan, bersimbah darah, dan peluh, serta tarikan napas yang tersengal, hanya untuk persalinan sang anak tersayang. Maka, dengan seizin Tuhan lahirlah ia di sertai tangisan, suka cita membahana, dan doa-doa telah menemui takdirnya. Hari itu juga rasa syukur dipanjatkan, seolah semesta ikut mengaminkan.

 

Waktu melesat begitu cepat, tak terperikan jika mata harus melihat, maka coba saja kau pejamkan mata, seperti seolah-olah kau tak sanggup membayangkannya, dan kau cukup mengamini saja apa yang sedang berdendang saja. Lalu ketika takdir mengasingkanku ke sebuah dimensi yang tak kukenali.


 (Baca juga: Ganda Dia; Kali Ata Manga Rona - Nerapost


Perjalanan demi perjalanan telah kau tempuhi

Beraneka cuaca dan suasana menjadi warna

Dan semua itu menjadi saksi

Atas sebuah perjuangan

 

Pagi ini kutemui kau di bulan Juli

Lewat sebuah puisi di ambang pagi

Yang ku selesaikan di penghujung pagi

Sebelum matahari membakar diri

Sebelum embun menguap lagi

Sebelum kabut mengasingkan ingatan ini

Selamat ulang tahun, "M"

Perempuan Juli, berparas puisi


 (Baca juga: Riwayat Kematian || Puisi No Eris)


Hujan di Bulan Juli

 

Hujan Juliku, apa kabar?

Malam ini saat Engkau menghadirkan diriku seketika

 membawaku dalam satu  dimensi yang menyimpan banyak kenangan

engkau mengajak ku untuk kembali mengenang hujan pertama

di bulan Juli

 

Hujan, apakah engkau selalu ingat isak tangisku di malam itu?

engkau selalu menceritakan semuanya tentang diriku

bersama sejuta kenangan di bulan Juli

Hujan, engkaulah saksi bisu tentang awal dari hidupku

Di bulan Juli


 (Baca juga: Parade Sepatu; Pemuda Nain yang Berjalan di Kepala || Puisi No Eris)


Aku juga berharap, ketika puisi hujan ini aku lontarkan

 semoga hujan mau menjadi temanku

Hujan memang membawa mendung dan membuatku susah bepergian

Kisahku sama dengan hujan

Datang dan pergi tanpa pamit

menghembuskan asa dan juga nestapa

Hingga hanya dingin yang tersisa

Post a Comment for "Perempuan Juli Berparas Puisi || Kumpulan Puisi Sr. Marta Wullo, SSpS"