Doa Pada Bibirmu, Ibu dan Tungku Api || Kumpulan Puisi Lee Clara Mbembe
(Sumber gambar: katabermain.wordpress.com)
Ibu dan Tungku Api
Tubuh ini terbangun
Memeluk dingin hingga lutut
Membuka mata di buta subuh
mentari yang
menyengat begitu rapi
Hari ini matahari terbit dengan segumpal angin
Ada cerita Ibu di sudut dapur
Pada hari ini yang kenyataan
(Baca
juga: Para Frater Seminari Tinggi St. Camillus de Lellis Mengadakan Pembagian Sembako - Nerapost)
Ibu menjadi jantung dapur
Menanak nasi dari tungku api
Ibu yang memiliki lantai yang lengket
Dapur yang berantakan
Cucian yang menumpuk
Peralatan masak yang kotor.
Pada aku yang datang tanpa malu merayu.
Ibu mencintai aku setiap hari
Bergandengan tungku api
Aku yang Tanpa beban mengeluh
Yang tahu ibu dapat di gantikan semua yang lain
Tapi yang tempatnya tidak dapat di ambil orang lain
(Baca
juga: Di Gerbang Biara dan Cinta yang Mengikhlaskan || Cerpen Mikaela Yohana Florensa)
Tak terhitung banyaknya nyanyian yang ibu alunkan
untuk aku
terlelap
Hingga ucapan terima kasihku pun tak cukup membalasnya.
Dari tungku api aku menjadi bentuk perhatian yang
paling sederhana
Memberi seluruh waktu
Dengan harapan kasih ibu.
Pada tungku api yang tersisa abu.
Doa
Pada Bibirmu
Malam itu ada gerimis hujan
Lampu kota berjejer di sepanjang jalan.
Ada angin yang membawa rintik hujan menyentuh tubuh .
Kita dua insan yang keras kepala
Memaksa diri untuk tetap berduaan
Kau menarik tanganku dan meletakkan pada lingkaran
pinggangmu
Seakan memberi tanda agar aku memeluk tubuhmu.
Malam ini membawa kehangatan.
(Baca
juga: Berkali-kali Ditolak Frater, Sophie: Lebih Baik Menabrak Matahari dan Memeluk Dingin!
Di tengah taman kota yang bisu
Kau menemukan cawan suci di bibirku
Kau hamparkan badan di tubir bibir
Sesaat ku ditebas sunyi, di tengah ramai.
kau memberi
ciuman selamat yang tertinggal di bibir
Dan sepertinya aku berbincang dengan bibir ruang
yang mengumandangkan suara doa.
Mengalunkan lagu hati ke arah singgasana Tuhan
Meski aku tahu akan tertinggal dalam ingatan.
Kau memberi aku senyuman yang asli
Ketika kau berbisik: aku membuatmu bahagia lewat
cara yang orang lain tidak bisa.
Kau
meninggalkan doa di bibirku tapi yang tidak jarang juga memabukkan.
Selama ini aku telah begitu banyak berdoa.
Hingga aku telah berubah menjadi doa itu sendiri
Mengunci bibirku erat-erat.
Kau membasahi bibirku dengan sisa embun.
Kau juga katakan kita telah menukar kecupan di bibir
Katamu ,aku jangan berkecil hati jika jawaban doamu adalah
aku.
Sebab tadi kita sedang saling memungut kemesraan.
(Baca
juga: Ego Melejit dan Tubuh Kaku di Balik Lubang Tambang || Puisi BD)
Malam itu semakin dingin
Kau kembali mengulang kata
Ada doa di bibirmu
Dengan demikian aku mencintaimu bukan hanya karena
siapa kamu.
Tetapi juga karena menjadi apa diriku saat
bersamamu.
Kita selesaikan malam ini
Dengan kata aku kembali
Aku menadahkan dahiku
Dan kau menaruh berkat Tuhan dengan jarimu.
Katamu aku selalu menjadi milikmu dan kau memelukku
Lalu kita pulang.
Lee Clara Mbembe, Penyuka
sastra dan saat ini tinggal di Ende
Post a Comment for "Doa Pada Bibirmu, Ibu dan Tungku Api || Kumpulan Puisi Lee Clara Mbembe"