Pastor dan Sahabat Pemabuknya- Nerapost
(Sumber gambar: klikdokter.com)
Oleh:
P. Tarsy, MSF
Rupanya pemabuk itu
berteman akrab dengan pastornya. Sehingga tak seorang pun, bahkan istrinya
mampu menegurnya untuk berhenti minum Jhony Walker dan Topi Miring. Keduanya
bersahabat karena dipersatukan oleh
Jhony Walker. Mereka berdua ibaratnya “secangkir dan setutup botol”. Mereka
selalu minum bersama. Berbagi kisah hidup. Kadang selalu mabuk bersama.
Karena alkohol semakin
menumpuk ditambah lagi kolesterol, maka pastor itu jatuh sakit dan secepat juga
ia meninggal. Anda pasti tahu, pemabuk itulah yang paling menangis keras di samping
peti Jenasah Pastornya.
(Baca juga: Semuanya Hilang || Cerpen BD)
Setelah kematian
sahabatnya, bapak itu berjanji dalam
dirinya, “aku tidak akan minum lagi”. Ia menaati janjinya demi menghormati
sahabat terkasihnya. Secara diam-diam, ia menguburkan botol-botol Jhony Walker
disamping kubur sahabatnya.
Setelah Jhony Walker
pergi, rupanya hidupnya mulai berubah. Ia tidak pemarah lagi. Ia semakin
mencintai istri dan anak-anaknya. Ia terlibat aktif dalam kegiatan sosial
gereja. Dan kamu tahu ia bisa bercanda dan berhumor ria tanpa perlu sebotol
Jony Walker lagi. Sungguh, ia mengalami perubahan hidup yang mengesankan.
Injil hari ini, Minggu Prapaskah III, memberikan pengajaran yang indah bagi kita. Bukan seberapa besarnya dosamu atau
hancurnya hidupmu, tetapi seberapa besar nyalimu untuk mengubah hidupmu menjadi
seperti pohon ara yang berbuah, itulah yang penting. Meratapi dosa dan masa
lalu yang kelam tidak berguna, jika tidak mampu mengubahnya.
(Baca juga: Hebat, Organisasi Daerah di Malang Dipimpin Perempuan)
Bahkan sederhananya
begini: hidup yang tak berharga adalah hidup yang tak berbuah. Ia tumbuh
tetapi untuk dirinya sendiri. Ia menikmati sendiri, cuek, dan masa bodoh dengan
yang lain. Ia mungkin menjadi crazy rich, sultan, atau apalah, tetapi hanya
untuk diri sendiri. Macam itu pula lah
pohon yang tak berguna, kering dan tak bergairah.
Hidup seperti itu yang
dikecam oleh Yesus. “Untuk apa pohon ini hidup di tanah ini dengan
percuma!” Yesus menghendaki kita
berbuah. Buah memberikan rasa nikmat dan nutrisi vitamin bagi manusia. Hidup
kita pun hendaknya menjadi buah yang manis dan enak bagi sesama. Boleh kita
berefleksi, buah hidup seperti apakah yang kita miliki dalam hidup ini?
Hidup yang berbuah
berarti juga hidup yang berarti bagi orang lain. Apa yang kita berikan kepada
orang lain, itulah buah dari pohon ara atau diri kita. Semakin banyak buah
dalam hidup, semakin luas juga relasi kita. Karena banyak orang datang mencari
buah di pohon kita.
(Baca juga: Etika Komunikasi bagi Pengguna Facebook)
Sahabatku, kita
bersyukur, kita masih punya kesempatan hidup. Kesempatan hidup adalah
kesempatan mengubah dan mengolah hidup semakin baik dan berarti bagi sesama.
Seperti ayat indah ini mengatakan “Tuan biarkanlah dia tumbuh selama setahun
ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya.”
Mari memupuk hidup kita
dengan doa dan karya cinta kasih. Dengan demikian “Pohon Ara” atau hidup kita
berbuah. Sebab buah paling enak di hati adalah perbuatan baik. Kita akan selalu
dikenang, karena kita punya buah terbaik!
Post a Comment for "Pastor dan Sahabat Pemabuknya- Nerapost"