Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hebat, Organisasi Daerah di Malang Dipimpin Perempuan

 

(Dokrpi Florensiana Juita Dunur (ketua ORDA IKSWAN, Malang)

 

Di masa sekarang, perempuan tidak lagi menjadi kaum terbelakang dengan stereotip-stereotip lama yang mengekang. Dari tahun ke tahun kesenjangan peran antara perempuan dan laki-laki perlahan ditinggalkan. Gerakan meninggalkan kesenjangan gender ini didukung oleh pemilihan ketua organisasi daerah kecamatan kuwus IKSWAN.  Bahwasanya yang menjadi ketua organisasi daerah kecamatan Kuwus, IKSWAN Di Malang saat ini adalah Florensiana Juita Dunur.

 

Para anggota mahasiswa dari kecamatan Kuwus di Malang menyadari bahwa Perempuan adalah pihak yang paling mengetahui kebutuhan, permasalahan, dan solusi dari isu-isu yang dihadapi oleh kaumnya sendiri. Oleh karenanya, kepemimpinan dan pelibatan perempuan dalam pengambilan keputusan menjadi sangat penting. Pria dan wanita memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Pria lebih menggunakan norma keadilan sementara wanita menggunakan norma persamaan. Pria juga menggunakan strategi yang lebih luas dan lebih positif. Namun, perbedaan manajemen tidak akan terlihat jika wanita memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

 

(Baca juga: Adnyana Akas || Cerpen Herwin Ndama)

 

Anggota organisasi daerah IKSWAN Malang berpikir  bahwa dengan penerapan kepemimpinan model ini, bawahan akan merasa dipercaya, dihargai, loyal dan tanggap kepada pimpinannya. Kepemimpinan transformasional perempuan merupakan konsep yang relevan pada situasi di mana perubahan terjadi sangat cepat dan menuntut setiap organisasi untuk dapat menyesuaikan diri. Perempuan harus berjiwa pemimpin, antara lain: visioner, partisipatif, think globally, act locally, berkarakter, cerdas secara spiritual, emosional, sosial, maupun intelektual. Juga adanya passion kompetitif. Perempuan harus mampu membangun personal branding/citra diri yang positif, baik sebagai sebagai individu, ibu, mitra suami, sebagai pemimpin atau pelayan masyarakat. Perempuan harus memahami konsep diri, yaitu kesadaran, sikap, dan pemahaman, tentang siapa diri kita, apa cita-cita kita, apa kekurangan, kelebihan, kemampuan, kekuatan, dll.

 

Selama diskusi dengan sesama anggota ORDA, kami melihat bahwa Perempuan pemimpin harus memiliki konsep diri positif, yakin akan kemampuan mengatasi masalah. Merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu sadar setiap keinginan dan perilaku tidak selalu disetujui masyarakat, dan mampu memperbaiki diri. Konsep diri bukan sesuatu yang tiba-tiba “jadi” tetapi harus dibentuk, dengan belajar.

 

(Baca juga: Lelaki Menantinya di Tangga Unit Agustinus)

 

Seorang perempuan pemimpin harus memiliki sikap asertif, yaitu penuh percaya diri, mempunyai keyakinan yang kuat akan tindakannya dan mampu menyatakan perasaan dan pendapatnya, tanpa menyakiti perasaan diri-sendiri atau perasaan orang lain, tanpa mengganggu hak orang lain. Bagaimana menjadi perempuan pemimpin yang asertif? Di sini tentu melibatkan unsur identitas, gambaran diri, hingga harga diri. Saat berniat tampil sebagai pemimpin, perempuan masih menghadapi tantangan, seperti rendahnya tingkat pendidikan perempuan, kurangnya semangat daya saing dan keberanian yang berpotensi menurunkan prestasi dan rendahnya tingkat partisipasi perempuan dalam bidang politik.

 

Maka, revolusi total (jasmani dan mental) perempuan calon pemimpin menjadi sangat penting. Perempuan harus mengembangkan diri menjadi pribadi yang tangguh tanpa meninggalkan kodrat perempuan sebagai istri, ibu rumah tangga yang baik, pendidik dan pengasuh anak yang patut diteladani, serta menjadi warga negara yang produktif dan mampu memberi kontribusi positif untuk kemajuan pembangunan.

 

(Baca juga: Cara Melupakan Mantan)

 

Seorang perempuan harus memiliki posisi tawar yang kuat dan sejajar dengan kaum laki-laki. Untuk itu, perlu pengembangan potensi diri meliputi aspek fisik, intelektual, maupun mental spiritual. Aspek fisik dapat dikembangkan melalui olahraga dan pola makan yang sehat. Aspek intelektual dapat dikembangkan melalui berbagai pendidikan formal dari TK sampai Perguruan Tinggi. Sedangkan aspek mental spiritual dikembangkan melalui kegiatan keagamaan, seminar, atau pelatihan-pelatihan, sehingga dapat menjalani hidup pada jalur yang benar dengan penuh optimisme.


Oleh: Yohana Trisusanti Nirmala dan Kardi Manfourd, seksi publikasi IKSWAN.

Post a Comment for "Hebat, Organisasi Daerah di Malang Dipimpin Perempuan"