Etika Komunikasi bagi Pengguna Facebook
(Sumber gambar: rayraka.blogspot.com
Oleh: Severinus Savio Cimi
Mahasiswa STFT Widya Sasana, Malang
Media
sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan dunia saat ini.
Media sosial hadir sebagai wadah yang membantu manusia untuk berkomunikasi
jarak jauh. Komunikasi yang terjadi di dalam
media sosial tidak jauh berbeda dengan komunikasi langsung. Perbedaannya
terletak pada alat yang dipakai. Komunikasi di media sosial membutuhkan
perangkat keras, seperti handphone
dan komputer. Jarak tidak lagi menjadi sebuah masalah dalam berkomunikasi.
Komunikasi antar pengguna media
sosial dapat terjadi secara intensif seperti
dalam komunikasi langsung. Keduanya dapat saling menyapa, memberikan salam,
menanyakan kabar, membagikan pengalaman
dan bahkan dapat menjadi media untuk mendiskusikan sesuatu.
Saat
ini, praktik berkomunikasi di media sosial lazim terjadi. Tidak sedikit orang, menjadikan
media sosial sebagai tempat curahan hatinya dan sebagai tempat untuk menyalurkan
kreativitasnya. Unggahan-unggahannya dapat berupa narasi-narasi, foto, video, dan
sebagainya dengan harapan akan menuai komentar dari setiap orang yang melihat
unggahannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang mengunggah akan memperoleh
baik komentar-komentar positif maupun negatif. Komentar-komentar itulah yang
kemudian berpengaruh terhadap perasaan atau situasi dari orang yang mengunggah.
Pengunggah akan merasa senang jika ia mendapatkan komentar-komentar positif.
Sebaliknya, ia akan merasa sedih atau marah jika ia menuai komentar-komentar yang
negatif. Biasanya, komentar-komentar berupa makian, sindiran atau sejenisnya
berpotensi menimbulkan perasaan-perasaan negatif bagi orang yang mengunggah. Oleh
karena itu, diperlukan suatu tata cara untuk menentukan nilai baik atau
buruknya suatu unggahan atau komentar di dalam media sosial.
(Baca juga: Surat Itu || Cerpen Fransisko Sadianto)
Media
sosial yang paling diminati sekarang ini ialah Facebook. Berdasarkan Statistik
Facebook, jumlah pengguna harian Facebook sebanyak 1,32 miliar[1].
Para pengguna Facebook menggunakan Facebook sebagai media untuk menginformasikan kepada
para netizen mengenai keadaanya saat ia menggunakan Facebook. Para pengguna Facebook
juga terjebak dalam komentar atau komunikasi yang bernada negatif.
Jenis
komunikasi atau komentar yang bernada negatif mesti dihilangkan dalam dinamika
bersosial media di Facebook. Etika diperlukan di sana. Memang, untuk sementara tidak
ada aturan khusus untuk mengatur bagaimana bersosial media yang baik tetapi
alangkah baiknya jika setiap orang menyertakan etika dalam dinamikanya di media
sosial. Setiap pengguna hendaknya memperhatikan sejauh mana ia menyertakan
sopan santun dalam unggahan atau komentarnya. Sesungguhnya, kesantunan yang
disertakan di sana menjadi pantulan dari kesantunan kepribadian pengguna. Menurut
saya, proses penyuntingan atau filterisasi dari setiap kata, foto atau video
adalah langkah yang sangat penting. Proses ini mencakup: pertama, sikap hati-hati
dalam memilih kata yang akan digunakan. Pengguna harus mengerti apa makna dari
setiap kata yang ditulisnya. Penggunaan kata-kata kasar dan yang mengandung
unsur makian, sindiran, pornografi, provokatif dan SARA mesti dihindari. Jika
dalam narasi unggahan terdapat kutipan, maka dalam narasi itu sumber-sumber
juga harus ditulis. Pengunggah diharapkan untuk bersikap jujur dalam menulis:
tidak mengunggah status atau artikel bohong,
jangan men-copy
paste artikel atau gambar yang mempunyai hak
cipta, serta memberikan komentar yang relevan.[2]
(Baca juga: Digital Mengalienasi Manusia)
Kedua,
pengguna Facebook mesti menyadari dengan sungguh identitas atau profesi
pribadinya. Pengguna
diharapkan untuk menyesuaikan apa yang menjadi identitasnya dengan setiap
unggahan atau komentarnya. Hal ini bukan berkaitan dengan usaha untuk menjaga
reputasi atau yang lebih dikenal dengan menjaga image. Tujuannya ialah agar para pengguna dapat dengan sungguh
menyetarakan apa yang menjadi keahliannya sehingga ia tidak serta-merta
bersikap sok tahu dalam memberikan komentar ataupun ketika ia mengunggah sesuatu. Apapun yang
diunggah menjadi gambaran dari kepribadian atau basic pengunggah. Oleh karena itu, usaha untuk menyesuaikan
kata-kata atau jenis unggahan Facebook lainnya dengan identitas pribadi menjadi
suatu langkah yang penting.
Ketiga,
para pemberi komentar di Facebook mesti juga dengan baik memahami situasi dari
pengunggah. Apabila yang diunggah berisi
tentang hal yang membahagiakan, maka komentar juga mesti bercerita tentang
kebahagiaan. Sebaliknya, jika unggahannya berisi tentang kesedihan atau kekecewaan, maka
komentarnya juga mesti demikian. Bila motivasi atau kritik ingin disampaikan, maka
motivasi atau kritikan itu disampaikan dengan bahasa yang santun.
Menurut
saya, penyuntingan atau filterisasi nilai dibutuhkan ketika berdinamika di
media sosial khususnya Facebook. Nilai-nilai etika menjadi penting untuk
diterapkan di sana. Para pengguna Facebook mesti menyadari apa yang diunggah
atau dikomentarinya. Penggunaan kata-kata yang kasar atau yang bernada ejekan,
sindiran, makian, pornografi, provokasi atau SARA mesti dihindari. Setiap
pengguna sudah selayaknya untuk mengunggah atau memberikan komentar secara
jujur. Usaha untuk menyetarakan identitas dengan unggahan juga penting
diterapkan. Hal ini dikarenakan unggahan atau komentar menggambarkan secara
implisit kesantunan kepribadian para pengguna Facebook. Tidak hanya itu,
pemahaman akan situasi pengunggah oleh pemberi komentar jangan sampai dilewatkan.
Komentar-komentar yang sesuai dengan situasi pengunggah menjadi sebuah dukungan
atau bentuk penyampaian empati yang
baik.
Proses
penyaringan nilai baik dan buruk di dalam media sosial menjadi langkah yang
mesti dihidupi. Penyaringan atau filterisasi itu menjadikan media sosial
khususnya Facebook sebagai media yang sungguh-sungguh mendukung kehidupan. Penghargaan
terhadap hak asasi manusia, perasaan bahagia dan tenteram dengan sendirinya
akan tercipta di sana. Semua pengguna akan merasa terlindungi tanpa menimbulkan
kerugian pada pihak lain. Para pengguna akan saling menghargai satu sama lain
sebagai saudara yang sama-sama membangun sebuah kehidupan yang baik.
[1] https://fruitylogic.com/blog/statistik-facebook/, diakses
pada 16 Agustus 2021.
[2] http://www.openjournal.unpam.ac.id/index.php/Proceedings/article/view/1182/950,
diakses pada 16 Agustus 2021.
Post a Comment for "Etika Komunikasi bagi Pengguna Facebook"