Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gadis tanpa Nama || Cerpen Ayu Alexandra

(Sumber gambar: id.pngtree.com)


Kusebut saja dia gadis tanpa nama. Gadis yang memiliki mata indah dengan kedua bola mata yang teduh, gadis yang memiliki senyum manis dengan bibir tipis yang dipolesi lipstik merah jambu. Aku mulai menyukainya sejak kulihat dia duduk di sebuah kursi tua di taman Kota. Aku suka ketika sesekali dia tersenyum sambil menatap layar ponsel di genggamannya.

Dia terlihat ceria, entahlah mungkin karena asyik chattingan dengan temannya atau mungkin juga dengan kekasihnya. Jujur saja, aku senang memperhatikanya diam-diam. Dia sangat istimewa, dengan potongan rambutnya yang serata bahu. Ketika pandangan gadis itu beralih ke arahku, aku pura-pura bersiul sambil mengarahkan pandangan ke tempat lain, atau pura-pura mengklik layar ponsel. Ah..Gadis itu, dia telah membuatku candu untuk selalu merindukannya. Aku tidak tahu nama gadis itu, tetapi dia telah membuatku berlarut-larut memikirkannya.

"Ah, sialan! Seharusnya waktu itu aku menanyakan namanya. Namun percuma, penyesalan memang selalu datang terlambat." Gumanku dalam hati.


(Baca juga: Gerimis di Pelupuk Matamu || Puisi Sr. Marta Wullo, SSpS)


***

Suatu hari di awal Februari, ketika awan menutup cahaya bulan dan angin dingin menusuk kulit, aku kembali menemukan gadis itu di Pasar Malam.

Tubuhnya kuyup diguyur hujan. Rambutnya berantakan diterpa angin malam. Aku bergegas mendekati gadis bermata teduh itu. Dia sangat kedinginan, berkali-kali ia menggosok kedua telapak tangannya untuk mendapatkan kehangatan. Aku mengeluarkan jaketku dan kuberikan padanya. Dia menatapku dengan heran. Aku menganggukkan kepala sambil menyodorkan jaketku kepadanya. Dia terlihat malu, tetapi perlahan dia mengambil jaket itu dari tanganku dan memakainya. Aku mengajaknya berjalan mengelilingi pasar malam dan ia menerima ajakanku.

Kami berjalan bersama. Aku merasa sangat bahagia karena bisa sedekat ini dengannya. Gadis yang pertama kali kujumpai di taman Kota. Setelah lama berkeliling, aku mengajaknya ngopi di kedai kopi tua sambil menikmati lagu-lagu klasik yang beradu kencang dengan suara hujan yang menyedihkan.


(Baca juga: Di Balik Kafe || Cerpen Sintia Clara Aritonang)


"Kamu suka kopi yah?" Tanyanya.

"Mmmm...iyah. Aku sangat menyukai kopi” Jawabku.

"Alasannya? Bukankah kopi itu pahit?" Tanyanya lagi.

"Justru hal itulah yang membuat aku sangat menyukai kopi. Kopi memang pahit, tetapi ia selalu memberikan rasa nikmat dalam setiap seduhannya. Bagaimana denganmu?" Aku balik bertanya kepadanya.

"Aku tidak suka minum kopi. Aku lebih menyukai air putih." Jawabnya polos dengan gaya bicaranya yang santun.

"Berarti aku mengajakmu ke tempat yang salah dong” kataku.

"Haha..tidak ada yang salah.” Katanya lagi aku pun ikut tertawa bersamanya.


(Baca juga: Isi kepala Lelaki Pemberontak || Cerpen BD)


***

Ketika kami asyik bercengkerama bersama waktu, tiba-tiba ponsel gadis itu berdering. Aku sempat melihat nama kontak yang muncul di layar ponselnya. Panggilan masuk dari mamanya. Kami terdiam sejenak, dia menatapku sambil meraih ponselnya dari atas meja. Dia segera menekan tombol merah. Ia mematikan panggilan itu.

"Mama menyuruhku pulang" Ujarnya.

"Oh iyah, tidak apa-apa. Kamu pulang saja, mamamu pasti mencemaskanmu.”

"Kamu tidak apa-apa?"

"Iya, tidak apa-apa. Nanti pasti akan ada lagi kesempatan untuk bertemu denganmu.”

"Semoga. Eh, aku pamit dulu yah. Sampai jumpa.”

Dia beranjak pergi meninggalkanku sendiri di kedai kopi itu. Malam itu aku merasa sangat kesepian, apalagi malam tak dihiasi bintang-bintang. Ah, gadis tanpa nama, ku ingin berteduh di kedua bola matamu hingga usiaku memuncak di ujung waktu.


Ayu Alexandra, puan kelahiran 09 Juni 1999 ini mempunyai hobby menulis sejak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Karya-karyanya (puisi dan cerpen) pernah kirim di beberapa media online yakni: VOX NTT, Letang Media, dll.

Post a Comment for "Gadis tanpa Nama || Cerpen Ayu Alexandra"