Potret Buram dari Rahim || Puisi Arnolda Elan
(Sumber gambar: yoursay.suara.com)
Dari Rahim
Penuh lebam
Jerit malam
Bercumbu kelam
Dari Rahim
Jenaka senja
Kian disetubuhi
Kelamin puisiku
Kurayapi guamu
Bukankah begitu?
Dari Rahim
(Baca
juga: Damyan; Aku Mencari Teduh di Bola Matamu || Puisi Ayu
Alexandra)
Punya siapa
Untuk merdeka
Ayu daksa
Bukan untuk buana
Dari Rahim
Dia puan
Setumpuk perkara
Liar semalam
Meredam duka
Dari Rahim
(Baca
juga: Aku yang Terluka Pada Puisi Kekasihku || Puisi Arnolda Elan)
Potret Buram
Kemarin
Itu aku yang disanggulnya
Itu aku yang diriasnya
Entah apa yang ia poles
Daksa yang begitu paripurna
Dengan segala kemolekan
Kemarin
Itu aku yang ia kecup
Yang ia gandeng
Di bawah sinar kemilau senja
Ia meminang aku
Kemarin
Itu aku yang digendong
Itu aku yang dibelainya
Hingga lupa kalau ada malam
(Baca
juga: Selisih Satu Suara, Manek Tatu Pimpin Ledalero 82)
Sekarang
Digenggamnya itu bukan aku
Bayangan tentangku lambat laun
menghilang
Bukan aku yang digandeng
Bukan pula aku yang dibelainya
Itu, bukan aku lagi
Sebatas potret yang semu di kala senja
Aku hanya jadi model dari
mimpi-mimpinya
Aku menamainya, potret buram
Ya, buram
Karena aku bayangan semu
(Baca
juga: Wulan ke Kota dengan Jalan-jalan Telanjang || Puisi No Eris)
Sebab Ia Gila
Puja bakti
Tiap hati
Sembunyikan diri
Batin menari
Dari lemari
Sebab ia gila
Gila berpuisi
Untuk puisi
Yang saban hari digantung
Dijemur sebab basah
Dibaca sebab tak melihat
Sebab ia gila
Gila berpuisi
Rindu Flamboyan
Merapah ruang hampa
Ia gila puisi
Kisah romansa menunduk raganya
Sebab ia gila
Gila berpuisi
(Baca
juga: Surat Rindu untukmu Nana || Puisi Ita Suryani)
Merangkak Atma liar
Lupa dikebiri sedari ia berpuisi
Selaksa rindu yang dipelihara
Yang bertandang bukan yang waras
Sebab ia gila
Gila berpuisi
Puting puisi
Ia dihisap
Lalu diemut
Basi
Sebab ia gila
Gila berpuisi
*Arnolda Elan, mahasiswi PBSI Unika St. Paulus
Ruteng
Post a Comment for "Potret Buram dari Rahim || Puisi Arnolda Elan"