Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Polemik Pendidikan Daring di Tengah Pandemi Covid-19

 

(Sumber gambar: iap2.or.id)


Kehadiran pandemi Covid-19 mengguncangkan berbagai aspek tantan kehidupan di seluruh dunia. Hampir semua aspek kehidupan mengalami perubahan signifikan yang sangat mengkhawatirkan. Perekonomian semakin lemah, relasi sosial dibatasi demi mencegah penyebaran dari Covid-19. Salah satu sektor yang mengalami dampak yang paling besar adalah sektor pendidikan. Pendidikan mengalami perubahan yang sangat drastis dari metode tatap muka kemetode daring (dalam jaringan). Untuk menanggapi persoalan dalam sektor penidikan ini,  pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yakni pendidikan (belajar) secara daring (dalam jaringan). Pemerintah mengeluarkan kebijakan ini sebagai repson terhadap kehadiran pandemi serta proses belajar mengajar dapat terus berjalan.

Peserta didik ditutut untuk belajar secara mandiri serta belajar secara daring. Kebijakan ini mengalami polemik, Ada pihak yang mendukungnya tetapi ada juga yang tidak mendukungnya dengan berbagai alasan. Mereka yang mendukung lebih melihat dari aspek ekonomi, mereka tidak lagi mengeluarkan ongkos tambahan bagi anak-anak mereka. Dengan begitu ada sedikit kehematan dalam soal biaya transportasi, tetapi bagi mereka yang tidak mendukung lebih melihat dari sisi fasilitas sekolah yang kurang memandai ditambah dengan anak-anak mereka harus membeli HP Android, membeli paketan internet sebagai penunjang utama dalam kegiatan belajar daring.  


(Baca juga: Potret Buram dari Rahim || Puisi Arnolda Elan)


Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah harus dibarengi dengan persiapan yang memadai untuk menunjang keberlangsungan proses pembelajaran secara online/daring. Sekolah  dituntut mempersiapkan fasilitas yang memenadai, setiap siswa harus memiliki Hp Android dan paketan internet yang cukup. Selain itu juga, adanya perombakan dalam sistem pendidikan ini, mengakibatkan para pendidik pendidik harus melewati masa transisi, dari proses pembelajaran tatap muka ke pembelajaran virtual atau daring. Para pendidik dilatih untuk menggunakan zoom, mengirim tugas melalui aplikasi edlink. Tentunya juga dalam pembelajaran daring harus diberingi dengan kejangkauan jaringan internet baik. Kita lihat saja, sebagian besar sekaloh-sekolah di pelosok belum terakses jaringan internet yang memandai. Salah satu berita yang masih viral sampai sekarang, di mana seorang guru di Manggarai tepatnya di salah satu sekolah di Sater Mese berjuang bersama siswanya untuk mencari jaringan internet di sebuah bukit. Guru tersebut berjuang sedemikian mungkin agar siswanya dapat mengakses internet dengan baik. Ia harus mendampingi siswanya ditempat yang ekstrim di lereng bukit (Flores.co 06/09/2021). Perjuangan yang dilakukan oleh seorang guru dan siswanya ini merupakan tanda bahwa akses jaringan internet belum sampai ke pelosok. Sehingga pendindikan daring belum berjalan secara maksimal.

Ada empat alasan yang mendasar peserta didik  mengalami kesulitan dalam pembelajaran daring atau virtual; pertama, peserta didik yang tidak mempunyai gadget. Peserta didik yang belum mengetahui banyak tentang tehnologi akan mengalami kesulitan ditambah dengan jaringan internet yang kurang memandai. Kasus sering terjadi bagi peserta didik yang berada di pelosok. Selain itu, orang tua menghabiskan banyak  waktu hanya untuk mendampingi anak-anaknya yang menjalankan sekolah daring, sangat jelas ini akan menghambat kreatifitas peserta didik dalam proses belajar daring. Kedua; interaksi antara guru dan peserta didik sangat kurang, sehingga membuat peserta didik mengalami kesulitan mengerjakan tugas yang berikan oleh guru. Peserta didik dituntut untuk mengerjakan tugas tersebut tanpa ada penjelasan yang memadai  tentang materi dari tugas tersebut. Ketiga: peserta didik cukup kewalahan dengan tugas yang diberikan oleh guru  yang terlalu banyak. Keempat: kurangnya interaksi langsung antara guru dan peserta didik, otomatis berkuranglah internalisasi nilai-nilai karakter yang semestinya harus ditanamkan seorang guru ke dalam diri peserta didiknya. Ini akan mengakibatkan degradasi moral pada siswa (peserta didik), karena tugas seorang guru bukan hanya mengajar, mentrasferkan ilmu pengetahuan (pelajaran) saja, tetapi seorang guru juga dituntut untuk mendidik (pembentukan akhlak dan karakter) peserta didik (hipwee.com 02/10/2021).


(Baca juga: Frater Aku Mencintaimu || Cerpen BD)


Demi mencapai pendidikan daring yang maksimal, ada beberpa komponen yang berperan penting yakni pendidik (Guru), pesera didik (siswa) dan orang tua. Ketiga komponen ini saling keterkaitan. Bila salah satu komponen tidak menjalankan tugas dan perannya, maka dengan sendirinya pendidikan daring akan mengalami kegagalan. Misalnya orang tua tidak mendampingi anak-anak mereka pada saat belajar daring, maka dengan sendirinya anak-anaknya tidak akan belajar secara maksimal. Hemat penulis ketiga komponen ini harus bekerja sama demi menciptakan pendidikan yang baik di tengah pandemi. Pendidik (guru) dituntut untuk merubah metode pembelajaran dari tatap muka ke virtual atau daring. Mereka juga dituntut untuk mampu mengoprasikan computer, lebih khusu berkaitan dengan pengunaan aplikasi zoom dan edlink sehingga dalam pembejaran dari bisa berjalan dengan baik. Peserta didik juga, dituntut untuk mengikuti pelajaran dengan serius. Lalu peran orang tua sangat penting. Mereka harus mendampingi anak-anaknya agar dapat belajar dengan baik.


Pendidikan daring di Tengah Pandemi; Berhasil atau Gagal


Bila kita melihat dan mengevaluasi proses pembelajaran secara daring di Indonesia pada umumnya kurang efektif. Alasan yang mendasar, karena tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap informasi atau menerima materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Akibatnya adalah, pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan selama pembelajaran daring, menjadi tidak maksimal. Selain itu, para pendidik juga mengalami kesulitan dalam memberikan pemahaman mengenai pendidikan karakter kepada siswa/mahasiswanya, yang seharusnya dilakukan secara objektif, atau melalui pengamatan langsung. Bahkan tidak hanya itu, keterbatasan perangkat dan kendala sinyal internet, menjadi permasalahan utama yang menghambat proses pembelajaran daring ini. Terutama bagi mereka yang tinggal di pelosok atau daerah terpencil (sulutaktual.com, 06/11/2021).


(Baca juga: Sabda Suci dari Bukit || Puisi BD)


Penulis mengakui gebrakan dan kebijakan penuh dari pemerintah dengan memberikan bantuan alat belajar berupa smartphone atau laptop, kepada peserta didik yang membutuhkan, untuk menunjang proses belajar daring. Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan kuota internet gratis bagi sluruh peserta didik di Indonesia. Namun, tunjangan berupa kuota gratis dan smartphone atau laptop tersebut, belum menjamin maksimalnya proses pembelajaran online. Karena, besar kemungkinan peserta didik, menggunakan bantuan kuota internet tersebut untuk kepentingan lain, di luar keperluan belajar. Misalnya untuk bermain game atau menonton konten-konten youtube yang di luar dari materi pembelajaran. Akibatnya, proses pembelajaran daring tidak berjalan secara maksimal (kompasiana.com 07/11/2021). Serta tunjangan tersebut tidak disertai dengan pemerataan akses jariangan internet di seluruh indonesia terutama wilayah-wilayah pelosok.

Adapun solusi yang ditawarkan oleh penulis untuk memaksimalkan proses pendidikan secara daring sebagai berikut: pertama, pemerintah perlu memperhatikan akses jaringan internet ke setiap pelosok. Daerah-daerah yang terpencil  perlu dibangun tower internet. Kedua, pemerintah juga perlu memperhatikan fasilitas sekolah, mulai dari pengadaan leptop kepada guru serta smartphone bagi para siswa. Khusus untuk daerah terpelosok ada sebagian siswa yang tidak memiliki smartphone. Mereka mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran daring.  Ketiga, pemerintah juga perlu mengsosialisai tentang penggunaan IT terhadap guru-guru serta siswa. Karena ada sebagaian besar guru-guru yang masih gagap terhadap penggunaan leptop atau HP android yang berbasis internet. Keempat, orang tua juga perlu mendampingi dan membimbing anak-anaknya di saat belajar daring. Sehingga mereka dapat belajar secara maksimal, serta kecenderungan untuk menggunakan internet kehal-hal lain dapat diatasi.

Post a Comment for "Polemik Pendidikan Daring di Tengah Pandemi Covid-19"