Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Wulan ke Kota dengan Jalan-jalan Telanjang || Puisi No Eris

Wulan ke Kota dengan Jalan-jalan Telanjang

(Sumber gambar: jateng.tribunnews.com)


Mawar

 

Dicibir selepas kecupan

Ada darah yang mengalir dalam kembang

Malaikat dan setan menyatu dalam tubuh

Ada juga yang tidur di teratakmu dengan ratap yang terus meretas

Dan menjatuhkan kepala dari atas pohon ara

Mawar,

Tak ada yang terbuang sisa hujan kemarin

 

(Baca juga: Surat Rindu untukmu Nana || Puisi Ita Suryani)

 

Ke Kota

 

Ke kota dengan jalan-jalan telanjang

Kita membuka halaman merangkap rak buku melintang

Di kota anak manusia dibawa dalam lapis batu tanpa bentuk

Kami turut berduka

Isak menepukmu bersambung

Usaplah janjimu dengan menolak uang suap

Ke kota,

Dalam derai tangisan anak-anak

Ambilah sisa uangmu hingga lenganmu melingkari dada paling dalam

Dan untuk ladang dan anak-anak, angkatlah dalam nama manusia.

 

(Baca juga: Wajib Kamu Tahu! Lima Keunggulan Suami Eksfrater)

 

Wulan

 

Detik-detik hening dan lagu-lagu wulan merasuk dalam pesan

Sedikit puisi dipasung berdarah

Ini bukan sia-sia usia bapakmu dengan kulit dan tulang daging yang membusuk di pucuk

Wulan, kau hampir kebagian di luar titik paling bisu

Ini hasrat yang harus dicukur dari pelupuk matamu.

 

No Eris, Mahasiswa STFK Ledalero. Saat ini berdomisili di Unit St. Agustinus.

Post a Comment for "Wulan ke Kota dengan Jalan-jalan Telanjang || Puisi No Eris"