Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hujan di Bulan November; Aku Masih Melangkah dalam Kesendirian || Puisi Sr. Marta Wullo, SSpS

 

(Sumber gambar: ustynazimnyfruzynska.blogspot.com)


Hujan di Bulan November

 

Ketika rindu itu membuncah di dada

Dan menjelma menjadi sepi yang

Menggelisahhkan bawalah rindu itu dalam sudut

Doa yang paling amin

Rindu itu terkadang tidak berpihak

Pada perasaan dan mengabaikan logika

Kadang menyiksa dan membuat air mata


         (Baca juga: Tol Jombang Merebut Duka)


Gugur dari jiwa sepi.

Namun itu pertanda kuatnya sebuahnya ikatan.

Biarkan angin rindu menyampaikan pada Tuhan

Biarlah Tuhan yang mempertemukan rasa itu

Dalam gelombang dan frekuensi yang berbeda

Berharap akan ada kabar darimu yang jauh di seberang

Dalam pelukan doa aku menitipkan rindu

Pada sebatang puisi

Cukup aku dan Tuhan yang tahu

Sebesar dan sedalam apa rinduku

Pada raga yang tidak bisa disentuh.

                       Sr. Marta Wullo, SSpS


         (Baca juga:Bincang Sastra Unit Agustinus Bertema: Sapardi dan Puisi Pertemuan)


 

Sendiri saat Hujan Jatuh

 

Sendiri dalam sunyi saat hujan itu jatuh

Menikmati setiap butiran yang jatuh tanpa permisi

Membiarkan butiran itu singgah dalam cerita

Tanpa melalui ilusi dan kata yang tidak bersuara

Entah mengapa aku merasa nyaman saat hujan itu jatuh

Mungkin karena hujan itu selalu membuat aku teringat

Pada hati yang selalu dirindukan  


         (Baca juga: Fratres SVD Asal Manggarai Mengadakan Kegiatan Penyusunan Program Kerja Seksi)


Sungguh aku tidak mengerti

Untuk dapat mendefinisikan butiran hujan yang jatuh

Pada imajinasiku yang kian merengkuh

Kini aku seolah-olah enggan

Untuk  berlari, melangkah dan menggapai gerimis hujan

Yang kian berjatuhan

 

Izinkan aku untuk menjadi hujan

Agar bisa menemanimu saat hujan itu jatuh

Mengaliri tubuh dalam balutan dan ikatan kasih

Yang terus mengalir bebas pada dinginnya rindu

Sungguh indah ciptaan-Mu Tuhan

Kehadiran-Mu membawah sejuk di hatiku

                                    Sr. Marta Wullo, SSpS


         (Baca juga: Riwayat Kematian || Puisi No Eris)


Melangkah

 

Jauh sudah kumelangkah

Dalam kabut asmara

Hati bergidik tergetar

Mati raga

Angan sirna

Kujalani pilihan ini

Kuminum air pahit sebagai pelepas dahaga

Lebatnya rimba hanyalah ilusi asa.


Oleh; Sr. Marta Wullo, SSpS. Saat ini berdomisili di Yogyakarta.

Post a Comment for "Hujan di Bulan November; Aku Masih Melangkah dalam Kesendirian || Puisi Sr. Marta Wullo, SSpS "