Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bersua dalam Cinta yang Sama || Cerpen Sr. Patri Firtika, SSpS

 

(Sumber gambar: www.pikist.com)


Ketika malam mulai menyapa, aku terpaku pada tatapan manis yang memanjakan. Menghiasi nubari dengan rayuan cinta yang keluar dari bibirnya. Sejenakku tersipu malu namun mata enggan terpejam tuk melihatnya. Aku menelusuri lorong kecil di tengah malam nan sunyi bersamanya, hingga tak aku sadari bahwa aku telah tenggelam dalam cintanya. Aku takut namun hatiku kian bergetar, sapaan cinta kembali terdengar.

Kemesraan pun enggan terlepas hingga memuncak pada keningan malam itu. Engkau pun tak dapat berkata apa-apa. Mata dan tatapannya membuatku mengerti bahwa aku juga mengalami hal yang sama yakni gelora cinta yang memendam jiwa. Sajak terasa lucu terpekur dalam ketakutan, namun kami kian bergejolak dalam asmara. Aku seakan terhanyut dalam rasa ini di mana hati tak dapat membohongi perasaan. Mungkin ini terlalu asing bagiku. Namun Aku mencoba menghabiskan malam itu bersamanya.

***

(Baca juga:Riwayat Kematian || Puisi No Eris)


Alaram berbunyi sejenak tuk mengajakku kembali dari peraduan. Namun hati ini tak rela melepaskannya dalam kesendirian malam yang mencekam. Cinta yang dibaluti tanpa kata, sejenak telah memberhentikan langkahku. Aku mau meringkuk indah dalam pelukannya, namun ini terlalu cepat. Aku takut pada waktu, dimana aku tidak ada lagi di sampingnya. Jemari ini pun kembali menari imajinasi hingga tak aku sadari kedua tangannya melingkar di pinggangku begitu hangat membuatku terpikat oleh rasa yang nyaman.

Panggilan manjanya seakan akan membawaku dalam nirwana kenikmatan. Kembali jiwa ini tersentak, rayuan maut kian terngiang, dinding-dinding hati kembali membias, ayat-ayat asmara mengintai bumi untuk menyapa dan menggapai sejuta kenangan di malam yang tak bertuan. Guyuran hujan semakin deras, pelukan semakin erat serasa dunia menyapa malam yang terselimuti kabut cinta.

***

(Baca juga: Izinkan Aku Melambai Pada Rindu yang telah Pergi || Puisi Elisabeth N. Marsi)


Beradu pandang dalam kerinduan yang tak tertampak. Ingin rasanya memilikinya, sembari mengatakan kepada dunia bahwa aku takut kehilangannya. Malam pun kembali beradu meninggalkan jejak bersama mimpi, menghantar harapan pada bulan purnama bahwa cinta tak berpihak pada kita.

Hati ini kembali tersayat dikala kata menghancurkan jiwa tetaplah menjadi yang terbaik dan jangan pernah pulang sebelum engkau meraih impianmu. Aku dan engkau akan selalu bersatu dalam doa. Suatu saat ketika jalan ini membawaku pergi. Aku berharap akan melihatmu seperti yang aku harapkan. Memandangmu dengan tubuh yang terselimuti jubah dan bermahkotakan kerudung indah.

***

(Baca juga: Renungan Minggu Biasa XXXI || Kasih sebagai Fondasi Iman)

 

Rasanya hati ini ingin menangis sekuat-kuatnya. Aku menyangka engkau akan mendukung cintaku. Cinta dimana aku melupakan diriku sendiri dan melupakan setiap harapanku serta mengubur sedalam-dalamnya impianku. Usapan lembut nan tulus membuatku mengerti bahwa engkaupun terpanggil menjawabi Dia yang telah lama memanggilmu.

 Terlalu berat bagiku untuk mengatakan ya, dengan jawaban yang barusan aku dengar namun aku menyadari bahwa aku juga sedang berada dalam jejak yang sama. Aku mencoba menghibur diriku walau bergurau dalam kata yang tak terucap, bernada tangis dalam canda bahwa cinta tak selamanya memiliki, namun kelak akan bersua dalam puncak kesetiaan.


Oleh: Sr. Patri Firtika, SSpS. Saat ini berdomisili di Boto-Lembata

Post a Comment for "Bersua dalam Cinta yang Sama || Cerpen Sr. Patri Firtika, SSpS "