Air Mata Tanda Cintaku yang Paling Tulus || Puisi Selviana Grasantia
(Sumber gambar: www.hipwee.com)
Tanah ini akan Mencintaiku
Engkau
tidak akan bisa menyelamatkan aku
Tanganku
akan jatuh terkulai
Engkau
tidak akan bisa menyapu tanah yang menjilat bibirku
Mataku
akan dipenuhi oleh air mata
Mataku
tidak akan dapat melihat lagi
Dan
tanganmu yang lembut halus tidak akan bisa mengusap rambutku
Rambutku
yang dingin dan basah
Dan
engkau tidak akan datang dengan tubuhmu
Begitu
dingin
Begitu
asing
Begitu
terpencil tubuhku
Hanya
tanah yang akan bisa mencintai tubuhku
Dengan
ribuan tangan, aku akan didekapnya
Dengan
ribuan bibir, aku akan dikecupnya
Dan
kemudian engkau tidak bisa berkata apa-apa pada segenggam tanah ini,
Tanah
ini akan mencintaiku
Lembor, 2021
(Baca juga:Hujan di Bulan November; Aku Masih Melangkah dalam Kesendirian || Puisi Sr. Marta Wullo, SSpS)
Bau Air Mata di Tanganku
Segala
keringat adalah kesia-siaan
Selamanya
kita ini adalah tunggangan
Untuk
apa kau menghirup air matamu
Hanya
amis keringat diperdagangkan
Air
mata mengalir mengering
Dan
akhirnya luka, menambah teman baru.
Lembor, 2021
(Baca juga: Riwayat Kematian || Puisi No Eris)
Perihal Mencintiku
Kalau
kau kekasih,
Jangan
mencintaiku sebagai penyair
Kau
tak akan abadi dalam kata-kata
Barangkali
yang kau kurangi hanya rintih sedih,
atau senda jenaka
Selebihnya
hanya bualan belaka yang berdiri tegak di atas bahasa-bahasa puitismu itu.
(Baca juga: Izinkan Aku Melambai Pada Rindu yang telah Pergi || Puisi Elisabeth N. Marsi)
Kau
boleh mencintaiku.
Layaknya
seekor burung yang hinggap di jendela kamar,
atau
bisa juga seumpama anak kecil yang baru belajar mengucap kata pertama,
atau
suatu hari yang bagimu begitu panjang, bahagia dan riuh
Aku
mau menjadi apa saja yang tidak memenjarakanmu dalam kata-kata.
Lembor, 2021
Oleh: Selviana Grasantia. Penulis adalah penyuka sastra. Saat ini berdomisili di Lembor -Wae Nakeng
Post a Comment for "Air Mata Tanda Cintaku yang Paling Tulus || Puisi Selviana Grasantia "