Tentangmu dalam Secangkir Kopi Pada Rembulan Malam || Puisi Sr. Maria Senia, SSpS
Tentangmu dalam Secangkir Kopi
Hari masih amat
subuh untuk dinamakan pagi
Kau hadir terlalu awal,
Aku masih lelap memeluk mimpi
Terbangkan aku pada realitas.
Terjaga,
Mencoba mencari jejakmu.
Kudapati cangkir kopimu masih panas.
Aku mencari,, kira-kira sejam lamanya.
Tetapi tak ada.
Dimanakah engkau?
Aku kembali, menyentuh cangkir kopimu yang belum
sempat kubilas
Cangkirnya sudah tak panas,
Kini sudah hangat, sehangat cerita tentangmu.
Adakah dirimu?
Atau engkau telah pamit setelah menyeduh kopi
buatanku.
Aku masih berpikir tentangmu.
Ponselku bordering dan aku mendengarkan suaramu.
Engkau telah pergi selamanya,
Pergi tanpa pamit,
Tanpa meninggalkan kata-kata bijak pada bibir cangkir.
Kini engkau berada dikeabadian rasa.
Aku terus saja menggenggam cangkir yang engkau
tinggalkan ini,
Melepasnya dalam genggam, aku tak sanggup.
Telah banyak kisah yang kita rajut.
Mulai dari dasar cangkir hingga pada bibirnya.
Aku membawamu pada pembaringan yang terakhir.
Lalu aku baru mengerti, ternyata yang engkau seduh adalah tanda.
Engkau aduk dengan kenyataan yang pasti.
Dan sempurnalah tentangmu.
Aku masih di sini, bergeming sepi.
'Ini terlalu cepat bagiku'
Maafkan aku.
(Baca juga: Cinta-Pada-Satu-Pilihan-Cerpen-Sr-Marta)
Rembulan Malam
Langit
merah di ufuk barat.
Roda
busku menggelinding melaju cepat mengejar angin.
Melanju pada arah yang masih dalam angan.
Tak
tahu di mana
ujung perjalanan ini
Aku
masih asyik berfantasi
Seolah
ini perjalanan terakhir
Terlalu
lelah dengan kenyataan
Kadang
tapak yang kau tinggalkan
terlampau samar
Bukan
karena reputasi akan hancur
Aku
hanya ingin terus di sini.
Merawat
kenangan yang
mulai usang,
Prasastiku untukmu.
(Baca juga: Berpikirlah-Positif-Jangan-Cemburu)
Pudar,
Aku
menabrak bulan yang yang setia mewarnai imajiku,
Ia
datang hanya sebentar lalu pulang
dengan tergesa-gesa.
Aku
ditimbuninya dengan rasa sesal
Lalu
kembali mengadu pada langit
Awan
gelap menelan utuh
Dimuntahkannya
seolah tak tertarik.
Apa
mungkin terlalu utuh?
Aku tak pahami dengan kisahku.
Bukan ingin aku menolakmu,
Bukan juga aku ingin tak
menerimamu
Biarlah
punggung kita menulis jarak,
Pada lelangit malam, bahwa engkau pernah menciptakan
kenangan indah.
Biarkan aku merawat kenangan kita.
Biarkan sesal dan rindu menyatu menjadi madah pujian bagimu Rembulan malam.
Post a Comment for "Tentangmu dalam Secangkir Kopi Pada Rembulan Malam || Puisi Sr. Maria Senia, SSpS"