Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tentangmu dalam Secangkir Kopi Pada Rembulan Malam || Puisi Sr. Maria Senia, SSpS

(Sumber gambar: www.herminiyuliawati.com)

 Oleh: Sr. Maria Senia, SSpS


Tentangmu dalam Secangkir Kopi


Hari masih  amat subuh untuk dinamakan pagi

Kau hadir terlalu awal,

Aku masih lelap memeluk mimpi

Terbangkan aku pada realitas.

Terjaga,

Mencoba mencari jejakmu.

Kudapati cangkir kopimu masih panas.

Aku mencari,, kira-kira sejam lamanya.

Tetapi tak ada.

Dimanakah engkau?

Aku kembali, menyentuh cangkir kopimu yang belum sempat kubilas

Cangkirnya sudah tak panas,

Kini sudah hangat, sehangat cerita tentangmu.


             (Baca juga: Wisma-Ledalero-Mengadakan-Diskusi)


Adakah dirimu?

Atau engkau telah pamit setelah menyeduh kopi buatanku.

Aku masih berpikir tentangmu.

Ponselku bordering dan aku mendengarkan  suaramu.

Engkau telah pergi selamanya,

Pergi tanpa pamit,

Tanpa meninggalkan kata-kata bijak pada bibir cangkir.

Kini engkau berada dikeabadian rasa.

Aku terus saja menggenggam cangkir yang engkau tinggalkan ini,

Melepasnya dalam genggam, aku tak sanggup.


Telah banyak kisah yang kita rajut.

Mulai dari dasar cangkir hingga pada bibirnya.

Aku membawamu pada pembaringan yang terakhir.

Lalu aku baru mengerti, ternyata yang engkau seduh adalah tanda.

Engkau aduk dengan kenyataan yang pasti.

Dan sempurnalah tentangmu.

Aku masih di sini, bergeming sepi.

'Ini terlalu cepat bagiku'

Maafkan aku.


            (Baca juga: Cinta-Pada-Satu-Pilihan-Cerpen-Sr-Marta)


Rembulan Malam


Langit merah di ufuk barat.

Roda busku menggelinding melaju cepat mengejar angin.

Melanju pada arah yang masih dalam angan.

Tak tahu di mana ujung perjalanan ini

Aku masih asyik berfantasi

Seolah ini perjalanan terakhir

Terlalu lelah dengan kenyataan

Kadang tapak yang kau tinggalkan terlampau samar

Bukan karena reputasi akan hancur

Aku hanya ingin terus di sini.

Merawat kenangan yang mulai usang,

Prasastiku untukmu.


            (Baca juga: Berpikirlah-Positif-Jangan-Cemburu)


Pudar,

Aku menabrak  bulan yang yang setia mewarnai imajiku,

Ia datang hanya sebentar lalu pulang dengan tergesa-gesa.

Aku ditimbuninya dengan rasa sesal

Lalu kembali mengadu pada langit

Awan gelap menelan utuh

Dimuntahkannya seolah tak tertarik.

Apa mungkin terlalu utuh?


             (Baca juga: Seusai-Ekaristi-Ada-Surat-Cita-untuk)


Aku tak pahami dengan kisahku.

Bukan ingin aku menolakmu,

Bukan juga aku ingin tak menerimamu

Biarlah punggung kita menulis jarak,

Pada lelangit malam, bahwa engkau pernah menciptakan kenangan indah.

Biarkan aku merawat kenangan kita.

Biarkan sesal dan rindu menyatu menjadi madah pujian bagimu Rembulan malam.

Post a Comment for "Tentangmu dalam Secangkir Kopi Pada Rembulan Malam || Puisi Sr. Maria Senia, SSpS"