Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Stefani || Cerpen BD

(Sumber gambar: www.hipwee.com)


Aku diam bukan berarti tidak peduli atau mata rasa, tetapi diam adalah caraku  memujimu dalam sunyi. Sebab hanya dengan diam, aku dapat memintal pada sang khalik untukmu yang aku sebut gadis penakluk resah. Kadang dengan diam aku harus belajar sifatmu yang sedikit kekanak-kanankan. 

“Kak Rian, kenapa sih, dari tadi hanya diam?” kata Stefani. Apakah candaku kurang menarik?, sehingga kaka hanya menjawab ya dan tidak?" lanjutnya. Rian hanya tersenyum lirih  melihat tingkah konyol dari kekasihnya. Lalu ia menggeserkan posisi duduknya lebih dekat dengan Stefani. Ia pun berkata “Hanya dengan diam, aku belajar untuk mencintaimu.

***

(Baca juga: Renungan-Minggu-Biasa-XXIX-Menjadi Pelayan bagi Sesama)

Coba engkau melihat batu karang itu, ia tidak berontak di saat air laut menghempasnya dengan terjerangan yang keras. Bahkan karang itu, merelakan dirinya untuk dikikis  menjadi pasir yang akan menjadi pantai yang sedemikian indah”. Stefani hanya tersenyum mendengar kata-kata bijak dari kekasihnya. Rian pun, mengambil pasir lalu melepaskan sedikit demi sedikit dari genggamannya.

 Mengertikah ‘enu’ dengan pasir ini?, Stefani hanya menggelengkan kepala tanda ia tidak paham apa maksud dari kekasihnya. “Pasir ini adalah bagian dari karang itu. aku rela berkorban demi membuatmu bahagia”, kata Rian. Stefani langsung memeluk Rian, sambil berkata “Aku sangat mencintamimu kaka”.

***

(Baca juga: Surat-latang-hi-Enu)

 Sunset mulai menampakkan diri dengan begitu indah, mewarnai pertemuan mereka. Stefani menghujani Rian dengan kecupan yang mesra pada keningnya. Lagi-lagi Rian hanya tersenyum melihat kekasihnya bertingkah renyah. “Enu, kemarin yang jalan dengan ite itu siapa?”, raut wajah bahagia Stefani berubah seketika. “Yang mana kaka?” tanya Stefani.

Sambil tersenyum Rian menjawab “Yang kemarin jalan dengan enu di taman kota itu”. Stefani mulai berkeringat. Bibirnya semakin kaku untuk menjawab pertanyaan dari kekasihnya, sebab ia tahu bahwa yang jalan dengannya kemarin adalah selingkuhannya. Stefani mencoba mengalihkan perhatian Rian dengan memberikan pertanyaan balik yang dil uar konteks. “Kaka sekarang sudah umur berapa?”.

Rian mulai menggelengkan kepala “Enu, bukankah waktu itu, enu yang membawakan kue ULTAku dengan bertuliskan “Selamat ulang tahun yang ke-23 sayang”. Stefani semakin gugup dengan jawaban singkat dari Rian. “Enu, yang kemarin itu siapa?”. Stefani berdiam diri. Ia tak sanggup lagi mejawab pertanyaan yang bertubi-tubi dari Rian.

***

(Baca juga: Serah-Terima-Kepengurusan-Paguyuban Fraters SVD Manggarai)

Air matanya kian menetes dari kelopaknya. Mungkin bagi Stefani air mata adalah tanda sesal akan perbuatannya. Tetapi tidak bagi Rian, air mata Stefani adalah penipuan diri yang total. Ia suka menangis agar, kesalahannya dapat dimaafkan.  Rian tidak mau kekasihnya terlarut pada suasana.

 Iapun mengambil selendang yang dikenakan pada lehernya dan mengusap air mata Stefani. Stefani membajiri pertemuan itu dengan air mata. Ia menyesel dengan apa yang ia telah lakukan. Disela mengusap air mata Stefani, Rian berkata “Enu, inilah alasanku mencintaimu dalam diam”.

Post a Comment for "Stefani || Cerpen BD"