Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Setelah Pergi; Kamu tak Menemukan Jalan Pulang || Puisi Ocha

 

(Sumber gambar: health.detik.com)


Tak Menemukan Jalan Pulang

 

Aku tersesat di jalan yang namanya kehidupan

terusir dari tempat dimana yang kuharap kasih sayang berasal

teriakan caci maki merobek-robek batinku

menyakiti hati,

melukai semua perasaan,

menjatuhkan air mata pedih.

Kemana badan dan langkah ini akan ku bawa pergi,

sedangkan yang kuharap dari mana cinta itu berasal saja sudah tak menginginkanku lagi.


         (Baca juga: Balada Salib; Tuhan Mati karena Cinta || Puisi Sr. Patri Firtika, SSpS)


Kubawa semuanya pergi jauh.

Jauh sekali,

hingga aku pun tak tahu kini aku berada dimana??

mataku gelap digenangi air mata

kecewa kujatuh pada yang terdalam.

Terpental jauh dari kenyataan.

Kini aku tak tahu antara hidup dan mati

perih rasanya.

 

Ya, kini aku tak lagi menemukan jalan pulang

sedangkan rumah kini entah ada dimana?

semuanya hanya tinggal cerita

dan aku harus berkelana

mencari artiku sendiri.

Menjalani hidupku sendiri.

Kembali kepada titik awal.

Memulainya sendiri, menjalaninya sendiri dan menikmatinya sendiri.

Hingga tua dan lelah lalu mati..

 

        (Baca juga: Parade Sepatu; Pemuda Nain yang Berjalan di Kepala || Puisi No Eris)


Kamu dan Kenangan

 

Kadang masih belum percaya

rasanya baru kemarin kita duduk dan ngobrol berdua

kepergiaanmu seperti membawa separuh diriku

ada banyak kebiasaan-kebiasaan yang tiba-tiba hilang bersamaan dengan kepergianmu

 

Apa kabar?

Hari ini bumi sedang dilanda hujan

dan aku rindu.

Kamu tahukan sejak kecil aku benci setiap kali hujan turun,

tapi setelah kamu pergi aku belajar mulai menyukai hujan

hujan selalu membawa ingatan tentang kamu semakin dalam

membawa ingatan di 12 malam itu.

Hujan seolah membawa kamu duduk di sampingku,

menikmati setiap tetesannya yang jatuh membasahi bumi

ada banyak kehilangan yang kutemui setelah kepergiamu.

 

        (Baca juga: Kita Menjadi Asing setelah Puas Saling Melukai || Puisi Ocha)


Kepergianmu membuat aku paham

bahwa Tuhan mengajarkanku arti sebuah keikhlasan

ada banyak luka dan air mata yang jatuh

setelah kepergianmu

tapi dari setiap luka yang kutemui,

 aku mengerti bahwa hal tersebut yang membuatku kuat sampai saat ini

kamu adalah segala kenangan yang pernah kita lewati dan  akan selalu menyatu dalam waktu yang berjalan

 

Apa kabar?

Hari ini bumi sedang dilanda hujan

dan aku rindu

aku rindu kenangan bersamamu di 12 malam itu.

 

        (Baca juga: ANBK 2021; Terobosan Baru Menembus Batas)


1 Centimeter


Penuh sesak.

Rindu yang kutampung melebihi kapasitasnya dan kamulah muara rindu itu.

Aku takut kalau kantung rindu ini pecah,

 dan aku tak bisa lagi menampung rindu ini untukmu.

Maaf, masa ini penting untuk membubuhi hening,

 maka aku mohon tunggulah aku di pertigaan mimpimu.


Tak usah bunga, senyummu lebih indah dan harum dari apapun.

Aku hanya ingin kebersamaan melingkar di jari manis kita.

Sebab aku tak mau menanggalkanmu 1 centimeter dari hatiku.

Jangan pergi! dengan penuh harap mengharus kutuliskan kata itu.


Oleh: Ocha. Saat ini berdomisili di Wailiti-Maumere.

Post a Comment for "Setelah Pergi; Kamu tak Menemukan Jalan Pulang || Puisi Ocha"