Malam yang Sepi dan Ranjang Mulai Berbisik tentang Hujan || Antologi Puisi BD
(Sumber gambar: batam.tribunnews.com)
Meminang Rindu Pada Malam yang Sepi
Gelayut malam mulai memintal resah.
Kopi
pada gelas mulai meramu dingin.
Tak
ada yang menyerup sepi,
selain
kata yang bertabur pada lembaran kertas.
Semut-semut
mulai nakal,
Bertingkah
kocak di laur gelas.
Mereka
tahu, kopi sebentar lagi akan dingin,
Tak
ada selimut yang mampu membenamkan pasrah.
Biarkan
kopi itu terus berada pada tak bertuan,
Sedangkan
aku masih asyik menari diri pada imajinasi yang tak jelas.
Malam
semakin mencumbui sunyi,
Kunang-kunang
mulai berpamit diri.
Tak
ada keramaian yang perlu dirayakan,
Selain
sepi yang terus bergurat manis.
Mungkinkah
engkau sanggup, menghangatkan kopi yang telah dingin?
Mungkinkah
engkau mampu menghangatkan hati yang resah pada malam?
Andai
engkau bisa, mari kita duduk bersama,
Bersama kopi dan aku yang setia menulismu pada lembaran hidupku.
(Baca juga: Gol Spektakuler Sonny Kellen Menggagalkan Kemenangan Barendos FC)
Hujan Malam Menumpuk Rindu
Hujan
datang dengan sengaja,
Seakan
ia tahu, ada rindu yang bertabur semi.
Aku
yang masih setia duduk pada tingkap-tingkap rasa.
Menatap
ke luar jendela, sambil memikirkan tentang dia.
Tak
ada yang tahu, selain hujan dan malam,
Dan
mungkin juga ia.
Tetapi
aku tak yakin ia tahu,
Pada
malam yang ditemani hujan aku mermadah
“Sampaikan
rinduku padanya”.
Sebab
aku tak berdaya,
Aku
ambruk dengan rasa yang telah lama aku pendam.
Bersama
hujan aku terus menari kata rindu di bawah rinainya.
Mungkin
itu cara yang paling bijak,
Selain
memilikinya secara utuh.
Anggrek Mekar Pada Malam
Asa
yang terlarut bersama malam,
Rasa
yang bersemi bertaut dengan senyap,
Anggrek
malam mulai bermekar di ruang sunyi.
Remulan
terus menyinarinya,
Menemani
sampai lelah,
Memeluknya
sampai hangat,
Membelainya
sampai tidur,
Mungkin
juga menitihnya sampai gugur.
Rembulan
terus bersinar dari suduh paling kekal.
Seakan
menyakisakan kuncup-kuncup indah yang mulai mewarnai malam.
Kumbang-kumbang
liar mulai menari di atasnya,
Sambil
mencicipi nektar dari tubuhnya yang masih lelah dan lemah.
Ranjang Malam yang Berbisik
Tidurlah,
jika ragamu telah lelah,
Berbaringlah,
jika pikiran sudah cape.
Aku
tahu, engkau masih terlalu dini memikirkan itu.
Terlalu
muda untuk bergulat dengan itu,
Aku
selalu ada untukmu.
Jangan
sungkan untuk bolak-balik,
Aku
siap untuk itu.
Intinya
engkau nyaman,
Sebelum engkau mendulang mimpi tentang masa depanmu.
Post a Comment for "Malam yang Sepi dan Ranjang Mulai Berbisik tentang Hujan || Antologi Puisi BD"