Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gadis Berlainan Hati || Cerpen BD

 

(Sumber gambar: id.wikihow.com)

Jarum waktu menunjuk penuh gegas, aku tergesa-gesa menyiapkan diri. Sebab pada hari itu aku dipercayakan untuk membawakan masmur tangapan. Bagiku persiapkan diri tidak ada arti tanpa campur tanggan tuan sabda. sebelum aku bergegas aku sempat menyalakan lilin pada pojok rohaniku, membiarkan lidahNya melantunkan ayat-ayat suci. Aku masih mengayun langkah, sembari memperbaiki kancing atas jubahku yanglari dari lubanganya.

Jalan menyusuri lorong tua melewati kamar-kamar yang sunyi. Lampu-lampu kamar sudah padam, mungkin tuan-tuannya sudah lebih dulu menuju Bait Suci. Udara yang dingin mengobati sedikit rasa lelahku semalam. Tugas kuliah yang menumpuk. Ditambah dengan tugas-tugas titipan dari orang lain. Pokoknya amat melelahkan.

***

            (Baca juga: Malam-Merengkuh-Pada-Lelakiku-Puisi Elisabeth Nona Marsi)

Aku berjalan menaiki satu persatu anak tangga. Dinginnya udara pagi membuatku lebih fokus kedepan dari pada menoleh kiri-kanan. Aku tersentak, sebab ada tangan yang mencoba mentihku. Dengan lembutnya ia meraih  tanganku lalu menyapaku dalam sesimpul senyum yang kian pergaut dengan gigilnya udara pagi.

 Aku menatapnya dengan senyuman. Kami sama-sama menuju Bait Suci. Tempat bersandar keluh dan resah. Entahlah, mungkin ia juga merasakan hal yang sama. Aku masuk lebih dulu, dia sibuk merapikan rambutnya yang terkujir oleh angin pagi. Aku memberi tanda pada palang pintu bait itu, aku mau menyucikan diri dari hamburan debu dan embun pagi.

***

            (Baca juga: Renungan Minggu Biasa XXIX || Menjadi Pelayan bagi Sesama)

Aku mengambil tempat ujung belakang Gereja itu. aku memandangnya dari kejauhan. Aku ingin memutar waktu Sebab aku ingin dia duduk bersamaku. Namun aku terlalu gagap untuk menyapanya. Aku hendak memanggilnya dari jauh...! Ehh,,,aku juga tidak tahu namanya. Aku duduk termenung sambil membolak-balikan halaman pada buku Mazmur Tanggapan. Suasana perayaan di selimuti  kabu tebal. Rasa-rasanya hujan deras akan segera turun. Sejenak aku tertidur dalam lamuan. Akupun melantunkan mazmur dengan penuh kidmat.

Terlalu lelah untuk berkhusuk merapal kata dalam doa. Terkadang aku memaksakan diri, untuk mencuri pandang padanya. Sebab dia duduk di bangku paling depan. Tepatnya berhadapan mimbar yang aku sering pakai dalam melantun ayat suci. Aku kembali menutup mata untuk mencoba mulai merangakai ujud pada Tuhan.

 ***

            (Baca juga: Tentangmu dalam Secangkir Kopi Pada Rembulan Malam || Puisi Sr. Maria Senia, SSpS)

Ah, akupun tertidur. Dia pun sudah tak ada pada tempatnya, aku menyalahkan tempat itu, sebab ia terlalu nyaman untuk melepas pening. Aku berkata “Sial.! Ia telah pulang”. Aku pun kembali terdiam dalam bisu, gerak jariku mengubah haluan. Aku meminta pada Tuhan. Agar ia kembali, biar hanya sejanak sebelum aku kembali ke kamarku. “Ahh, tidak mungkin Tuhan mengambulakan permintaan konyolku” gumamku.

Aku kembali mengayun langkah ke luar bait itu. Rupanya, ia sedang menungguku. Tuhan juga mengabulkan doaku. “Heii, belum pulang k?, tanyaku. Ia menoleh kearahku sambil berkata “Belum kaka, saya masih tunggu kk ini”. aku berpikir, akulah yang  ia tunggu. Tetapi pada saat aku mau mendekatinya tiba-tiba seorang teman yang berjubah datang mengampiriya. “Busseeettt…..Padahal ia sudah pacar dengan b pung kawan”. Lalu aku mengangkat ujung jubah dan jalan menuju kamar.

Post a Comment for "Gadis Berlainan Hati || Cerpen BD"