Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Balada Salib; Tuhan Mati karena Cinta || Puisi Sr. Patri Firtika, SSpS

(Sumber gambar: spiritualitaskatolik.wordpress.com)


1/// Inkarnasi  Tuhan,

menjadi kisah indah yang toreh dalam bejana sang kasih Ilahi.

Menelusuri tapak demi tapak yang enggan memalingkan kepasrahan.

cinta-Mu nan tulus yang terlahir dari hati,

Sebuah simponi kembali bernostalgia,

mendramatisasi peristiwa Golgota yang kian terngiang bersama waktu yang terus bercerita.

Tubuh-Mu dipasung demi kami.

Salib adalah rahmat penjelmaan,

ketulusan, dan ketaatan sebagai tanda kerendahan hati-Mu yang paling dalam,

Sebuah kasih yang menebus kemenangan.

Bila disederhanakan dengan kata-kataku,

 Indraku semakin tak mampu mengerti dan melampaui rencana-Mu,

Tuhan, cinta amat agung,

Melebihi segalanya.


         (Baca juga: Parade Sepatu; Pemuda Nain yang Berjalan di Kepala || Puisi No Eris)


2/// Yah, rencana-Mu,

Engkaulah Allah dan juga manusia yang merasakan pedihnya hidup

Merasakan bagaimana harapan direnggut oleh keegoisan.

Hadir-Mu seolah menjadi tak berarti.

Ego diri semakin memuncak,

Di saat namam-Mu terus bergaung ke seluruh penjuru.

Insan mulai bersajak dalam kebencian,

“Salibkan Dia”

Mulai mendendang irihati,

Rasa angkuh semakin menjerit.

Slogan kebencian terus bergema.

Engkau, Tuhan tak gentar,

Tak menyerah memanggul salib, sambil menahan pedih.

Tuhan, cinta lebih luas, dari samudera.


         (Baca juga: Kita Menjadi Asing setelah Puas Saling Melukai || Puisi Ocha)


3/// Narasi kembali bergaung,

Cinta Allah yang terurai dalam belas kasih yang pasti,

Tertuang dalam iman yang dalam,

 terwujud dalam Darah Anak Domba  yang tak bernoda.

Salib hina menjadi jalan cintaNya.

Tak perlu menangis,

Pahamilah artinya.

Namun tak ada satu kata yang jelas terungkap.

“Ampunilah mereka”

Inilah kata-kata-Mu sebelum lambung-Mu ditusuk.

Menikam cinta yang terlahir dari paras-Mu yang suci nan mulia.

INRI terpampang jelas di atas kepalaMu.

Membias kebenaran yang tak terpungkiri.

Mahkota-Mu adalah salib dan penderitaan.


         (Baca juga: Cerita tentang Rindu; setelah Ia Pergi || Puisi Ocha)


4/// Engkau tak pernah menolak,

 tak pernah memberontak,

 tak pernah mengeluh bahkan tak pernah lari dari kenyataan.

Saat saat seperti ini justru menambah luka dalam diriku,

luka yang tak pernah sadar akan kehadiran-Mu,

luka yang disebabkan oleh dosa,

Hatiku kembali mengajak ku pergi.

Pergi dari setiap kenyataan hidup yang hanya meninggalkan luka yang tak dapat kusesali.

Di sini dan saat ini kembara kasih kian meluap.

Menawarkan cinta yang tak bersyarat.

Itulah cinta Mu yang sangat berharga.

 

*Oleh: Sr. Patri Firtika, SSpS. Saat ini sedang bermisi di Boto-Lembata.

Post a Comment for "Balada Salib; Tuhan Mati karena Cinta || Puisi Sr. Patri Firtika, SSpS"