Kabar Duka dari Pulau Seberang || Cerpen BD
(Sumber Gambar: pixabay.com)
Seperti rinai
hujan terus berjatuhan pada dahan. Seperti itu juga rinduku bertabur
semi. Hujan selalu melahirkan rindu. Apalagi kalau hujan berkepanjangan sudah
pasti rindu juga ikut menarik waktu. Biasanya hujan itu datang tepat awal bulan
Oktober, tetapi kali ini cukup berbeda. Ia datang sebelum waktunya. Ia datang
lebih cepat dari biasanya. Bahkan ia datang tanpa ampun.
Tanpa menyapa
dengan rinai pelan. Tetapi ia datang dengan sesukanya. Begitu deras dan lebat. Sampai
dahan-dahan kering ikut membasah bahkan berjatuhan, menyapa tanah yang basah. Hujan datang selalu membawa kehidupan, ia menyegarkan
yang layu. Menumbuhkan kembali yang kering. Ia juga mampu melahirkan resah. Resah
tentang dia yang berkejauhan. Kegalauan semakin memuncak di saat ia mulai
berteriak ria di atas genteng. Gundah mulai menyapa raga di ia mulai turun ke
tanah lapang. Akankah ia menjadi penyubur bagi yang lain ataukah ia datang
sebagai pembawa lara.
***
Baca juga: Begadang-dengan-Mantan-Baikkah
Grace masih
berdiam dalam selimut. Ia masih setia menyelimuti hatinya yang kedinginan. Ia tak
berani melepaskan selimutnya sebab di luar sana hujan datang dengan deras. Dalam
benaknya, Grace selalu memikirkan tentang lelaki di ujung pulau sana. Apakah hujan
ada di sana juga?. Ia terus memikirkan lelaki itu. ia gelisah sebab ia tahu
lelaki itu tinggal di lembah yang diapiti oleh gunung. Ia memikirkan akan
keselamatan lelaki itu.
Grace tak
beranjak dari selimutnya. Ia terus berada dalam kamarnya yang sempit. Ia terus
menelepon lelaki itu. Tetapi taka da jawaban. Hatinya mulai gelisah. Ia ingin
membuka TV dalam kamarnya tetapi petir dari sudut-sudut sudah mengintai. Ia terus
bersembunyi dalam selimut. Sesekali ia menarik nafas di luar selimut. Ia melihat
ke luar jendela. Awan gelap menyeimuti jagat.
***
Baca juga: Cara-Melupakan-mantan
Hujan terus
mengguyur bumi. Sapuan kilat terus bernyala menyambar apa yang ada. Grace
ketakutan. Ia ingin berteriak dan memanggil ibunya tetapi ia tak berani. Ia takut
pada petir itu. Petir itu layaknya hantu yang mengintai dari ke
jauhan. Siapa yang melintasi
dipandangannya. Ia akan melibasnya dengan kejam dan bar-bar. Deruan petir terus
bergemuruh. Grace terus bersembuyi. Hatinya terus menjerit antara ketakutan dan
kerinduan akan lelaki itu.
Pada saat Grace ingin berlari ke kamar ibunya, tiba-tiba layar HPnya menyala. Ia melihat
pesan masuk dari lelaki itu. “Grace apakah kamu aman-aman saja”. Grace yang
sebelumnya diselimuti dengan ketakutan dan gelisah kini ia mendapatakan kekuatan kata-kata dari lelaki itu. Grace
mencoba menelepon lelaki itu, tetapi tak
ada jawaban. Dalam pikiran Grace pasti karena jaringan jelak.
***
Baca juga: Perlukah-kita-merindukan-Mantan-Pacar
Selang
beberapa jam, hujan sudah reda. Ia membuka TVnya dan ia menyaksikan peristiwa
banjir dan tanah longsor di kampung lelaki itu. ia semakin takut dengan keadaan
lelaki itu. ia terus mencari informasi tentang lelaki itu. Tetapi tak ada. Pikiran
Grace sudah kacau. Lelaki itu sudah berapa hari tak ada kabar.
Hujan bulan September
membawa duka bagi Grace. Setelah ia melihat daftar nama korban, ia melihat nama
kekasihnya ada di sana. Ia histeris. Hatinya dan air matanya menjerit. Kini lelaki
itu pergi dengan selamanya dari kehidupan Grace. Kenangan yang tersisa hanyalah
sebuah kalimat pertanyaan “Grace apakah kamu baik-baik saja”.
Post a Comment for "Kabar Duka dari Pulau Seberang || Cerpen BD"