Ruangan Kuliah
(Sumber Foto: unimus.ac.id)
Ruangan Kuliah
Cepat-cepat bergegas
dan berkemas.
Serapi mungkin, agar nyaman dan adem.
Buku seadanya, pulpen jika perlu dan hp sangat penting.
Mending tak membawa buku dari pada tak membawa hp.
Ya, itulah kita.
Cepat-cepat bergegas,
bukan ingin menimba ilmu tetapi ada wifi gratis di sana.
Kita berlarian, sebab ilmu masih menunggu.
Bukan itu juga alasan
kita berlari,
Katanya “Jika duluan bapak yang begis itu, kita diusir”.
Duduk paling belakang, dan paling banyak protes jika terlambat istrahat.
Suka ribut,
Suka ganggu yang lain.
Giliran diminta untuk menjawab pertanyaan,
mulai garuk kepala.
Baca Juga:Kepastian-bukan-Sekadar-Janji
Canda dan tawa kita raih bersama,
Dosen tak ada, kita mulai duduk melingkar.
Cerita-cerita yang tak jelas.
Bergosip sana-sani.
Kita ketahuan, kita mulai bertingkah layaknya
berdiskusi filsafat Hagel.
Segit,
adu argumen begitu tajam.
Duduk pada kursi yang nyaman.
Seakan siap menerima materi.
Tetapi, saking nyamannya kita menjadikan
tempat itu sebagai
kasur ke dua.
Sesekali mata ke papan tulis, berkali-kali mata
ke layar hp.
Datang dengan komitmen pasti,
Hari
ini aku mengikuti kuliah, menimba banyak ilmu sedemikian mungkin.
Itukah cara kita yang terbaik.
Tempat itu, menjadi cerita.
Kita pernah
teriak bersama “Saya tak setuju bapak”.
Akankah ilmu yabg kita dapat berguna di kemudian hari.
Berjuanglah, seperti harapan ke dua orang tua.
Pulang bukan hanya bawa ijazah tetapi segudang ilmu untuk orang lain.
Post a Comment for "Ruangan Kuliah"