Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nadia Cemburu pada Tuhan || Cerpen BD

 

(Sumber Gambar: berajasenja.wordpress.com)

"Terluka itu wajar tetapi terluka yang sampai tidak tahu diri adalah awal dari pisau tajam menghunus hati"

Nadia, gadis lugu yang sering kali jatuh hati dengan frater. Pokoknya bagi Nadia, suami idaman adalah mantan frater. Kurang lebih dua kali ia menjalin kasih dengan frater tetapi selalu gagal di tengah jalan. Ia selalu mengimpi dan mengindamkan bahwa pendamping hidupnya seorang frater. Ia selalu patah hati. Jatuh cinta baginya adalah awal dari luka. Tetapi ia berjuang untuk membiarkan cintanya terus bersemi. Hal yang ia benci di saat kisah dan kasih mulai terasa nyaman tetapi malah ditinggalin demi salib di atas altar.

Suatu sore ia mendatangi tempat Adorasi di Gereja parokinya. Ia berjalan mengelilingi Gereja itu. Melihat bangunan yang begitu megah dan indah. Dalam hatinya mulai bergumam “Apa mungkin tempat ini terlalu nyaman untuk mereka”. Nadia masuk ke ruangan Adorasi, ia menatap salib dan tabernakel. Air matanya menetes pada pipinya. Ia mulai berdoa. Intensinya doanya hanya satu penyesalan yang tiada tara. “Tuhan, salahkah aku jika mencintai salah satu anak pilihanMu”, kata Nadia sambil menatap salib. Jika aku salah, ampunilah aku, tetapi mengapa Engkau menciptakan aku untuk menyukai mereka”, lanjut Nadia.

        Baca juga: Catatan-Harian-Mama

***

 Sore itu, ia hanya bergumul dengan berbagai pertanyaan. Hatinya semakin terluka setelah memikirkan kembali kisah cintanya. Dua kali gagal, itu berat. Apalagi durasi pacaran yang terlampau lama. Akankah aku terus begini, terus berharap ataukah aku harus mengikhlasnya dengan tulus”, kata Nadia. Ia berjalan mondar-mandir di depan ruangan Adorasi. “Apakah hatiku tak senyaman tempat ini, sehingga mereka harus pergi dan terus ada di mimbarMu. Lalu buat apa, mereka menciptakan nyaman, lalu kembali melahirkan terik yang panas. Tuhan aku lelah”, kata Nadia.

Tak salah aku iri, tak salah aku cemburu dan tak salah juga aku membenciMu, Tuhan. Engkau terlalu ego. Memilih yang terbaik dari dunia untuk mengikuti jejakMu. Engkau meninggalkan yang ada, tetapi tak masuk dalam kriteriaku. Engkau memilih yang paling ganteng, paling baik, paling pintar, dan palingbanyak bakat. Lalu dengan siapa aku belajar tentang dunia. Apakah aku harus, terus datang ke tempat ini untuk berbagai cerita dan kisah. Tidak juga Tuhan.

            Baca juga: Ruangan-Kuliah

***

Hari terus berlalu, bayang-bayang kisah itu masih teringat jelas pada ingatan Nadia. Hal yang paling sulit ia lupakan di saat mantan-mantanya itu berbicara tentang apa saja, pokoknya mengalir dan sedap didengar. Itulah yang membedakan mereka dengan yang lain. Cara mereka menghargai wanita, cara mereka berkata-kata dan berjalan. Pokoknya beda sekali. Inilah membuat Nadia sulit untuk move on. Hatinya masih terikat dengan dia. Ia mau pergi dan mencari yang lain tetapi ia tak sanggup. Suara dari lelaki itu terus bergema “Nad, pamitlah dengan baik. Aku masih mencintaimu. Tetapi Tuhan juga jauh lebih mencintaiku. Aku tidak mau engkau jadi pelakor ‘dari Tuhan’”.

Nadia putus asa, ia terus mendatangi Gereja itu. Bagi Nadia tempat itu menjadi sahabat dari hatinya, di depan salib ia terus bercerita banyak hal. Tentang lelaki itu dan tentang masa depannya. “Tuhan, adakah laki-laki lain yang seperti mereka tetapi bukan mengikuti jalanMu. Izinkan ia menjadi teman hidupku”, doa Nadia yang terakhir. Ia mulai pasrah pada Tuhan. Rasa cemburunya sudah terbayar lunas setelah hatinya diisi oleh lelaki yang jauh lebih baik dari mantannya. “Tuhan, terimakasi”.

Post a Comment for "Nadia Cemburu pada Tuhan || Cerpen BD"