Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ayah, Ibu || Puisi Millia Prisetya

(Sumber Gambar: www.islampos.com)

Ayah,

Engkau sungguh hebat.

Aku bangga menjadi anakmu.

Salam ayah, restu aku dalam doamu. (Millia Prisetya)

Ayah.

Sejuta harapan terukir di wajah tuamu

Hitam dan putih hidup tertoreh pada kulit keriputmu.

Tajamnya kerikil kehidupan,

tertapak pada kakimu.

Namu senyummu kebanggaanmu tetap kau pancarkan

Ayah,

Beribu cobaan mengguncang langkahmu.

Dikau tetap tegar dan semangat,

Langkahmu yang tertatih-tatih namun pasti.

Seakan mewartakan pada semesta,

Kaulah sang pengembara.

Hatimu yang kadang terpahat oleh duka,

Kalbumu yang berselimutkan penderitaan.

Relungmu yang kadang tertuliskan kegelisahan.

Tetapi tak pernah kau menyerah.

Apa karena mungkin ada harapan, yang tergantung di pelupuk matamu?

Ayah,

Engkau sungguh hebat.

Aku bangga menjadi anakmu.

Salam ayah, restu aku dalam doamu.

    Baca Juga; Kemerdekaan-Harapan-di-Tengah-Pandemi

Ibu


1/// Secuil rasa mengorek hatiku, hingga pikiranku melayang.

Menyang kau yang jauh,

Sejuta harapan yang kukemas.

Rindu bersua muka denganmu

Ibu,

izinkan aku kembali.

Karang pertahananku hancur menjadi pasir.

Aku dijajah oleh niat tulusku.

Kudengarkan rasaku,

Hingga aku tahu yang kumau.

Kutahu yang dibisikan darahmu, yang mendesir pada nadiku.

Ibu,

Tak ada yang berarti selain dirimu.

Tak ada kecemasan yang lebih dasyat selain tentangmu.

Lembut suaramu, sampai padaku.

Segala resah menjadi tenang.

Ibu,

Aku merindukanmu,

Selalu dan abadi.


2/// Izinkan aku kembali dalam dekapmu.

Terimalah aku dalam pangkuanmu.

Pada ceruk matamu, kutitipkan seuntai doa suciku.

Pada diding baitmu, aku titip segala rindu.

Pada kulit keriputmu, aku titip segala harap.

Pada kakimu, aku titip mimpiku,

Pada bibirmu, aku titip kebahagiaan,

Pada hatimu, aku titip doa.

Ibu heninglah.

Dengarkan  rintihan rinduku,

Ibu,

Belaikan aku dengan cintamu,

Aku tak mau air matamu berjatuhan.

Aku kembali menimba kebahagian pada pangkuanmu.

Ibu, aku salah.

Terimalah maafku.


Millia Prisetya seorang biarawati yunior SSPS. Saat ini menjalakan pastoral di Sumba

Post a Comment for "Ayah, Ibu || Puisi Millia Prisetya"