Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tak Ada Bekas Bibir Yoga || Cerpen BD

 

(Sumber Gambar: www.merdeka.com)

Raga kian terpasung lemah, seakan meminta Natalia untuk berpamit pada malam. Sisa-sisa rindunya masih tercecer jelas pada ingatannya. Ia belum mampu untuk mengumpulkan rindunya akan sosok lelaki idola yang merasuki pikirannya. Setiap hari diarynya dipenuhi letupan-letupan rasanya yang belum lunas terjawab. “Apasih kurangnya aku?”, tulis Natalia pada halaman 23 pada diarynya. Setiap hari Natalia selalu mempostingkan foto-foto terbaiknya, layaknya seorang model pada iklan produk kosmetik.

Tidak jarang juga ia bermain tik-tok dengan goyang erotis layaknya tarian Samba Brazil dan Kizomba ala Portu. Tetapi lelaki itu, cuek-cuek saja. Rupanya ia membiarkan Natalia bertingkah renyah di hadapannya. “Ibu, aku tidur dulu?”, pamit Natalia pada ibunya yang sedang duduk di sofa ruangan tamu.

***

Menutup pintu kamar adalah caranya yang paling khusyuk untuk membiarkan rindunya bertabur semi pada ingatannya. Sambil berkayal tentang lelaki itu, ia mengumpulkan niatnya serta kata untuk meneleponnya. Untuk mewarnai cerita malam itu ia mencoba menuliskan kata-kata dari seorang penulis ternaman pada diarynya tertulis “Aku semakin resah dan pasrah dikala rinduku belum tersampai. Izinkan aku untuk melunaskan utang-utang rasaku pada malam yang kian menyapa pagi”.

Natalia tahu bahwa lelaki itu sangat puitis dan idealis. Salah kata sama halnya mencebur diri pada kubangan rindu. Bagi lelaki itu salah kata, salah arti, salah arti sama halnya salah makna. Dan  sudah pasti menjadi ‘salah cinta’.

***

          Natalia semakin resah, kira-kira kata apa yang ia ungkapan pertama. Kalau kata rindu yang pertama, sama halnya aku terlalu rendah di hadapanya, cetus Natalia. Lalu ia mulai menelepon lelaki itu “Hallo kak, jangan marah mengganggu. Kak ada waktu ko?.

    Lalu lelaki itu menjawabnya “Aman sa enu”. Natalia semakin percaya diri. Ia menupahkan semua rindunya pada gelayut malam. Suara serak-serak basah dari lelaki itu seakan memacunya untuk melunaskan semua rasanya yang menjadi beban hidupnya.

Pada akhir dari percakapan itu, Natalia berkata “Aku rindu dengan kak?”. Mungkin karena jaringan jelek lelaki itu menjawab “Ok enu, nanti saja”. Ia semakin bingung dengan jawaban dari lelaki itu.

***

  Telepon dimatikan dan pesan tiba-tiba mucul di messanger Natalia,” Enu tidak baik kalau kamu yang mulai, biarkan aku saja yang memulainya. Di akhir pesan tersebut lengkap dengan emoticon love dan bibir. Natalia semakin menggila, dengan perasaan senangannya ia membalasnya “Ok kak”.

Natalia pun menarik selimutnya lalu meniduri malam dengan perasaaan gembira. Keesokan paginya ia melihat messengernya ada pesan masuk. Ia membukanya, ia cukup kaget lantas pesan tertulis “Aku mau bertemu dengan enu di taman kota sebentar sore”. Ia tidak sempat membalasnya tiba-tiba pesan ke dua mucul lagi “Enu ada waktu to?”. Dengan cepat Natalia membalasnya “ok kk Yoga”.

***

Lelaki itu adalah orang terpandang di kampusnya. Ia adalah ketua sema yang penuh wibawa. Badan besar bertubuh tegap layaknya artis india. Pada saat ospek kampus Natalia mulai mencuri pandang akan sosok Yoga. Suaranya yang begitu indah dengan bibir yang begitu menawan membuatnya semakin tergila-gila.  Natalia selalu menjual senyum termanisnya Dihadapan Yoga. Tetapi Yoga cuek-cuek saja.

Natalia bergegas menuju taman yang telah di janjikan oleh Yoga. Rasa penasaran kian menyelimuti dirinya. Tentang apa yang akan terjadi pada pertemuan itu. Apalagi ia bertemu dengan idolanya sekaligus calon pacarnya. Sesampainya di taman kota ia melihat Yoga duduk di bangku taman yang di payungi oleh pohon ketapang. Seakan membiarkan pohon itu menjadi saksi bisu pertemua mereka. “Kak, sudah dari tadi k?’ tanya Natalia. Yoga hanya membalasnya dengan senyum.

***

Tanpa berpikir panjang, Yoga langsung berdiri dan mencium pipi Natalia. Sambil berkata “Aku juga merindukanmu”. Natalia semakin kikuk, ia tidak percaya secepat itu rasanya terjawab. Ia semakin bahagia dengan ciuman mesra dari Yoga. 

Tanpa ada gerakan penolakan, ia membiarkan bibir Yoga membekas pada pipinya. Dengan gerakan refleks ia membalas ciuman Yoga langsung pada bibirnya. Pertemuan itu menjadi kenangan indah yang ditulis pada halaman terakhir dari diary Natalia.

Tiba-tiba, pinta kamar Natalia di ketok oleh ibunya, ia pun terbangun dari mimpinya. Lalu dengan cepat ia pergi berkaca pada cermin di pojok kamarnya. Ia melihat apakah ada bekas bibir Yoga pada pipinya. Ternyata tidak. Itu hanyalah mimpinya malam itu. lalu ia memukul dahinya dan berkata “Sial, ternyata itu hanyalah mimpi!”

*Mohon maaf bila ada kesamaan nama dan kisah, ini hanya imajinasi dari penulis.

1 comment for "Tak Ada Bekas Bibir Yoga || Cerpen BD"